Penulisan Kata


PENULISAN KATA 

Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Misalnya:

Buku itu sangat menarik.

Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu.

Kantor pajak penuh sesak.

Dia bertemu dengan kawannya di kantor pos.

Kata Turunan

1.

a.

Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.

Misalnya:

berjalan

dipermainkan

gemetar

kemauan

lukisan

menengok

petani

b.

Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.

Misalnya:

mem-PHK-kan

di-PTUN-kan

di-upgrade

me-recall

2.

Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5.)

Misalnya:

bertepuk tangan

garis bawahi

menganak sungai

sebar luaskan

3.

Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5.)

Misalnya:

dilipatgandakan

menggarisbawahi

menyebarluaskan

penghancurleburan

pertanggungjawaban

4.

Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu

 

ditulis serangkai.

Misalnya:

adipati

dwiwarna

paripurna

aerodinamika

ekawarna

poligami

antarkota

ekstrakurikuler

pramuniaga

antibiotik

infrastruktur

prasangka

anumerta

inkonvensional

purnawirawan

audiogram

kosponsor

saptakrida

awahama

mahasiswa

semiprofesional

bikarbonat

mancanegara

subseksi

biokimia

monoteisme

swadaya

caturtunggal

multilateral

telepon

dasawarsa

narapidana

transmigrasi

dekameter

nonkolaborasi

tritunggal

demoralisasi

pascasarjana

ultramodern

Catatan:

(1)

Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital, tanda hubung (-) digunakan di antara kedua unsur itu.

Misalnya:

non-Indonesia

pan-Afrikanisme

pro-Barat

(2)

Jika kata maha sebagai unsur gabungan merujuk kepada Tuhan yang diikuti oeh kata berimbuhan, gabungan itu ditulis terpisah dan unsur unsurnya dimulai dengan huruf kapital.

Misalnya:

Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.

(3)

Jika kata maha, sebagai unsur gabungan, merujuk kepada Tuhan dan diikuti oleh kata dasar, kecuali kata esa, gabungan itu ditulis serangkai.

Misalnya:

Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.

Mudah mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.

(4)

Bentuk bentuk terikat dari bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti prokontra, dan anti, dapat digunakan sebagai bentuk dasar.

Misalnya:

Sikap masyarakat yang pro lebih banyak daripada yang kontra.

Mereka memperlihatkan sikap anti terhadap kejahatan.

(5)

Kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan ditulis serangkai dengan bentuk dasar yang mengikutinya, tetapi ditulis terpisah jika diikuti oleh bentuk berimbuhan.

Misalnya:

taklaik terbang

taktembus cahaya

tak bersuara

tak terpisahkan

Bentuk Ulang

1.

Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya.

 

Misalnya:

anak-anak

mata-mata

berjalan-jalan

menulis-nulis

biri-biri

mondar-mandir

buku-buku

ramah-tamah

hati-hati

sayur-mayur

kuda-kuda

serba-serbi

kupu-kupu

terus-menerus

lauk-pauk

tukar-menukar

Catatan:

(1)

Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama saja.

Misalnya:

surat kabar

surat-surat kabar

kapal barang

kapal-kapal barang

rak buku

rak-rak buku

(2)

Bentuk ulang gabungan kata yang unsur keduanya adjektiva ditulis dengan mengulang unsur pertama atau unsur keduanya dengan makna yang berbeda.

Misalnya:

orang besar

orang-orang besar

orang besar-besar

gedung tinggi

gedung-gedung tinggi

gedung tinggi-tinggi

2.

Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang.

Misalnya:

kekanak-kanakan

perundang-undangan

melambai-lambaikan

dibesar-besarkan

memata-matai

(Lihat keinggris-inggrisan Bab I, Huruf F, Butir 7.)

Catatan:

Angka 2 dapat digunakan dalam penulisan bentuk ulang untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat atau kuliah.

Misalnya:

Pemerintah sedang mempersiapkan rancangan undang2 baru.

Kami mengundang orang2 yang berminat saja.

Mereka me-lihat2 pameran.

Yang ditampilkan dalam pameran itu adalah buku2 terbitan Jakarta.

Bajunya ke-merah2-an

Gabungan Kata

1.

Unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah.

Misalnya:

duta besar

model linear

kambing hitam

orang tua

simpang empat

persegi panjang

mata pelajaran

rumah sakit umum

meja tulis

kereta api cepat luar biasa

2.

Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan menambahkan tanda hubung di antara unsur-unsurnya untuk menegaskan pertalian unsur yang

 

bersangkutan.

Misalnya:

anak-istri Ali

anak istri-Ali

ibu-bapak kami

ibu bapak-kami

buku-sejarah baru

buku sejarah-baru

3.

Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai.

Misalnya:

acapkali

darmasiswa

puspawarna

adakalanya

darmawisata

radioaktif

akhirulkalam

dukacita

saptamarga

alhamdulillah

halalbihalal

saputangan

apalagi

hulubalang

saripati

astagfirullah

kacamata

sebagaimana

bagaimana

kasatmata

sediakala

barangkali

kepada

segitiga

beasiswa

kilometer

sekalipun

belasungkawa

manakala

sukacita

bilamana

manasuka

sukarela

bismillah

matahari

sukaria

bumiputra

padahal

syahbandar

daripada

peribahasa

waralaba

darmabakti

perilaku

wiraswata

Suku Kata

1.

Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.

a.

Jika di tengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.

Misalnya:

bu-ah

ma-in

ni-at

sa-at

b.

Huruf diftong aiau, dan oi tidak dipenggal.

Misalnya:

pan-dai

au-la

sau-da-ra

am-boi

c.

Jika di tengah kata dasar ada huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan) di antara dua buah huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu.

Misalnya:

ba-pak

la-wan

de-ngan

ke-nyang

mu-ta-khir

mu-sya-wa-rah

d.

Jika di tengah kata dasar ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.

 

Misalnya:

Ap-ril

cap-lok

makh-luk

man-di

sang-gup

som-bong

swas-ta

e.

Jika di tengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.

Misalnya:

ul-tra

in-fra

ben-trok

in-stru-men

Catatan:

(1)

Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal.

Misalnya:

bang-krut

bang-sa

ba-nyak

ikh-las

kong-res

makh-luk

masy-hur

sang-gup

(2)

Pemenggalan kata tidak boleh menyebabkan munculnya satu huruf (vokal) di awal atau akhir baris.

Misalnya:

itu

i-tu

setia

se-ti-a

2.

Pemenggalan kata dengan awalan, akhiran, atau partikel dilakukan di antara bentuk dasar dan imbuhan atau partikel itu.

Misalnya:

ber-jalan

mem-bantu

di-ambil

ter-bawa

per-buat

makan-an

letak-kan

me-rasa-kan

pergi-lah

apa-kah

per-buat-an

ke-kuat-an

Catatan:

(1)

Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan

 

 

dilakukan seperti pada kata dasar.

Misalnya:

me-nu-tup

me-ma-kai

me-nya-pu

me-nge-cat

pe-no-long

pe-mi-kir

pe-nga-rang

pe-nye-but

pe-nge-tik

(2)

Akhiran -i tidak dipisahkan pada pergantian baris. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 2.)

(3)

Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada kata dasar.

Misalnya:

ge-lem-bung

ge-mu-ruh

ge-ri-gi

si-nam-bung

te-lun-juk

(4)

Pemenggalan tidak dilakukan pada suku kata yang terdiri atas satu vokal.

Misalnya:

Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan ....

Walaupun cuma cuma, mereka tidak mau ambil makanan itu.

3.

Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu. Tiap-tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 2.)

Misalnya:

bio-grafi

bi-o-gra-fi

bio-data

bi-o-da-ta

foto-grafi

fo-to-gra-fi

foto-kopi

fo-to-ko-pi

intro-speksi

in-tro-spek-si

intro-jeksi

in-tro-jek-si

kilo-gram

ki-lo-gram

kilo-meter

ki-lo-me-ter

pasca-panen

pas-ca-pa-nen

pasca-sarjana

pas-ca-sar-ja-na

4.

Nama orang, badan hukum, atau nama diri lain yang terdiri atas dua unsur atau lebih dipenggal pada akhir baris di antara unsur-unsurnya (tanpa tanda pisah). Unsur nama yang berupa singkatan tidak dipisahkan.

Kata Depan

Kata depan dike, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam

gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada. (Lihat juga Bab II, Huruf D, Butir 3.)

Misalnya:

Bermalam sajalah di sini.

Di mana dia sekarang?

Kain itu disimpan di dalam lemari.

Kawan-kawan bekerja di dalam gedung.

Dia berjalan-jalan di luar gedung.

Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.

Mari kita berangkat ke kantor.

Saya pergi ke sana kemari mencarinya.

Ia datang dari Surabaya kemarin.

Saya tidak tahu dari mana dia berasal.

Cincin itu terbuat dari emas.

Catatan:

Kata-kata yang dicetak miring di dalam kalimat seperti di bawah ini ditulis serangkai.

Misalnya:

Kami percaya sepenuhnya kepadanya.

Dia lebih tua daripada saya.

Dia masuk, lalu keluar lagi.

Bawa kemari gambar itu.

Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.

Partikel

1.

Partikel lahkah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya:

Bacalah buku itu baik-baik!

Apakah yang tersirat dalam surat itu?

Siapakah gerangan dia?

Apatah gunanya bersedih hati?

2.

Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.

Misalnya:

Apa pun permasalahannya, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.

Hendak pulang tengah malam pun sudah ada kendaraan.

Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.

Jika Ayah membaca di teras, Adik pun membaca di tempat itu.

Catatan:

Partikel pun pada gabungan yang lazim dianggap padu ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya:

Adapun sebab sebabnya belum diketahui.

Bagaimanapun juga, tugas itu akan diselesaikannya.

Baik laki laki maupun perempuan ikut berdemonstrasi.

Sekalipun belum selesai, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan.

Walaupun sederhana, rumah itu tampak asri.

3.

Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya:

Mereka masuk ke dalam ruang satu per satu.

Harga kain itu Rp50.000,00 per helai.

 

 

Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.

Catatan:

Partikel per dalam bilangan pecahan yang ditulis dengan huruf dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya. (Lihat Bab II, Huruf I, Butir 7.)

Singkatan dan Akronim

1.

Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.

a.

Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu.

Misalnya:

A.H. Nasution

Abdul Haris Nasution

H. Hamid

Haji Hamid

Suman Hs.

Suman Hasibuan

W.R. Supratman

Wage Rudolf Supratman

M.B.A.

master of business administration

M.Hum.

magister humaniora

M.Si.

magister sains

S.E.

sarjana ekonomi

S.Sos

sarjana sosial

S.Kom

sarjana komunikasi

S.K.M.

sarjana kesehatan masyarakat

Bpk.

bapak

Sdr.

saudara

Kol.

kolonel

b.

Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.

Misalnya:

DPR

Dewan Perwakilan Rakyat

PBB

Perserikatan Bangsa Bangsa

WHO

World Health Organization

PGRI

Persatuan Guru Republik Indonesia

PT

perseroan terbatas

SD

sekolah dasar

KTP

kartu tanda penduduk

c.

1)

Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik.

Misalnya:

jml.

jumlah

kpd.

kepada

tgl.

tanggal

hlm.

halaman

yg.

yang

dl.

dalam

No.

nomor

2)

Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan tanda titik.

Misalnya:

 

 

dll.

dan lain lain

dsb.

dan sebagainya

dst.

dan seterusnya

sda.

sama dengan atas

ybs.

yang bersangkutan

Yth.

Yang terhormat

Catatan:

Singkatan itu dapat digunakan untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat dan kuliah.

d.

Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim digunakan dalam surat-menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik.

Misalnya:

a.n.

atas nama

d.a.

dengan alamat

u.b.

untuk beliau

u.p.

untuk perhatian

e.

Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda dengan titik.

Misalnya:

Cu

kuprum

cm

sentimeter

kg

kilogram

kVA

kilovolt ampere

l

liter

Rp

rupiah

TNT

trinitrotoluene

2.

Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata.

a.

Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik.

Misalnya:

LIPI

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

LAN

Lembaga Administrasi Negara

PASI

Persatuan Atletik Seluruh Indonesia

SIM

surat izin mengemudi

b.

Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis dengan huruf awal kapital.

Misalnya:

Bulog

Badan Urusan Logistik

Bappenas

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Iwapi

Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia

Kowani

Kongres Wanita Indonesia

c.

Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih ditulis dengan huruf kecil.

Misalnya:

pemilu

pemilihan umum

iptek

ilmu pengetahuan dan teknologi

 

 

rapim

rapat pimpinan

rudal

peluru kendali

tilang

bukti pelanggaran

radar

radio detecting and ranging

Catatan:

Jika pembentukan akronim dianggap perlu, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut.

(1)

Jumlah suku kata akronim tidak melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia (tidak lebih dari tiga suku kata).

(2)

Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata bahasa Indonesia yang lazim agar mudah diucapkan dan diingat.

Angka dan Bilangan

Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.

Angka Arab

 :

0,1,2,3,4,5,6,7,8,9

Angka Romawi

 :

I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)

 

1.

Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau paparan.

Misalnya:

Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.

Koleksi perpustakaan itu mencapai dua juta buku.

Di antara 72 anggota yang hadir 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang tidak memberikan suara.

Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus, dan 250 sedan.

2.

Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunan kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada awal kalimat.

Misalnya:

Lima puluh siswa kelas 6 lulus ujian.

Panitia mengundang 250 orang peserta.

Bukan:

250 orang peserta diundang Panitia dalam seminar itu.

3.

Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.

Misalnya:

Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.

Dia mendapatkan bantuan Rp250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.

Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.

4.

Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b) satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah.

 

Misalnya:

0,5 sentimeter

tahun 1928

5 kilogram

17 Agustus 1945

4 meter persegi

1 jam 20 menit

10 liter

pukul 15.00

Rp5.000,00

10 persen

US$3,50*

27 orang

£5,10*

¥100

2.000 rupiah

Catatan:

(1)

Tanda titik pada contoh bertanda bintang (*) merupakan tanda desimal.

(2)

Penulisan lambang mata uang, seperti Rp, US$, £, dan ¥ tidak diakhiri dengan tanda titik dan tidak ada spasi antara lambang itu dan angka yang mengikutinya, kecuali di dalam tabel.

5.

Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar.

Misalnya:

Jalan Tanah Abang I No. 15

Jalan Wijaya No. 14

Apartemen No. 5

Hotel Mahameru, Kamar 169

6.

Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.

Misalnya:

Bab X, Pasal 5, halaman 252

Surah Yasin: 9

Markus 2: 3

7.

Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.

a.

Bilangan utuh

Misalnya:

dua belas

(12)

tiga puluh

(30)

lima ribu

(5000)

b.

Bilangan pecahan

Misalnya:

setengah

(1/2)

seperenam belas

(1/16)

tiga perempat

(3/4)

dua persepuluh

(0,2) atau (2/10)

tiga dua pertiga

(3 2/3)

satu persen

(1%)

satu permil

(1‰)

Catatan:

(1)

Pada penulisan bilangan pecahan dengan mesin tik, spasi digunakan di antara bilangan utuh dan bilangan pecahan.

(2)

Tanda hubung dapat digunakan dalam penulisan lambang bilangan dengan huruf yang dapat menimbulkan salah pengertian.

 

Misalnya:

20 2/3

(dua puluh dua-pertiga)

22/30

(dua-puluh-dua pertiga puluh)

20 15/17

(dua puluh lima-belas pertujuh belas)

150 2/3

(seratus lima puluh dua-pertiga)

152/3

(seratus-lima-puluh-dua pertiga)

8.

Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.

Misalnya:

a.

pada awal abad XX (angka Romawi kapital)
dalam kehidupan pada abad ke-20 ini (huruf dan angka Arab
pada awal abad kedua puluh (huruf)

b.

kantor di tingkat II gedung itu (angka Romawi)
di tingkat ke-2 gedung itu (huruf dan angka Arab)
di tingkat kedua gedung itu (huruf)

9.

Penulisan bilangan yang mendapat akhiran an mengikuti cara berikut. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5).

Misalnya:

lima lembar uang 1.000-an

(lima lembar uang seribuan)

tahun 1950-an

(tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)

uang 5.000-an

(uang lima-ribuan)

10.

Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks (kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi).

Misalnya:

Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.

Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.

Rumah itu dijual dengan harga Rp125.000.000,00.

11.

Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.

Misalnya:

Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).

Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.

Dia membeli uang dolar Amerika Serikat sebanyak $5,000.00 (lima ribu dolar).

Catatan:

(1)

Angka Romawi tidak digunakan untuk menyatakan jumlah.

(2)

Angka Romawi digunakan untuk menyatakan penomoran bab (dalam terbitan atau produk perundang-undangan) dan nomor jalan.

(3)

Angka Romawi kecil digunakan untuk penomoran halaman sebelum Bab I dalam naskah dan buku.

Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan -nya

Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku-mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya:

Buku ini boleh kaubaca.

Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.

Rumahnya sedang diperbaiki.

Catatan:

Kata kata ganti itu (-ku-mu, dan -nya) dirangkaikan dengan tanda hubung apabila digabung dengan bentuk yang berupa singkatan atau kata yang diawali dengan huruf kapital.

Misalnya:

KTP-mu

SIM-nya

STNK-ku

 

Kata si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya:

Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.

Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli.

Ibu itu membelikan sang suami sebuah laptop.

Siti mematuhi nasihat sang kakak.

Catatan:

Huruf awal si dan sang ditulis dengan huruf kapital jika kata-kata itu diperlakukan sebagai unsur nama diri.

Misalnya:

Harimau itu marah sekali kepada Sang Kancil.

Dalam cerita itu Si Buta dari Goa Hantu berkelahi dengan musuhnya. 


INDEX 

Posting Komentar untuk "Penulisan Kata"