PENGARUH BIMBINGAN KONSELING MODEL LOGO TERHADAP KECENDERUNGAN PENYALAHGUNAAN NAPZA


SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF I, TAHUN 2013 ISSN : 2339-1553 22 

PENGARUH BIMBINGAN KONSELING MODEL LOGO TERHADAP KECENDERUNGAN PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA SISWA SMP,SMA DAN SMK DI PROVINSI BALI 

Kadek Suranata 

Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja

Abstrak 

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model bimbingan konseling Kolaboratif Logo dalam Pemenuhan Makna Hidup terhadap kecenderungan penyalahgunaan narkoba, psikotropika, obat-obatan terlarang dan zat adiktif lainnya (NAPZA) pada siswa SMP, SMA, dan SMK di Provinsi Bali. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan kecenderungan penyalahgunaan napza antara kelompok siswa yang mengikuti kegiatan bimbingan konseling kolaboratif model logo dengan kelompok siswa yang mengikuti kegiatan bimbingan konseling secara konvensional di SMP, SMA, dan SMK, dan (2) persepsi siswa peserta kegiatan bimbingan konseling kolaboratif model logo terhadap dampak bimbingan konseling kolaboratif model logo dalam pemenuhan makna hidup. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen melalui rancangan posttest control group design. Sampel penelitian ditentukan dengan teknik stratified area random sampling, terdiri dari 662 siswa yang terdiri dari siswa, SMP, SMA dan SMK yang mewakili masing-masing wilayah di provinsi Bali. Data penelitian dikumpulkan dengan kuisioner dan angket, selanjutnya data dianalisis dengan statistik deskripstif dan statistik t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bimbingan konseling kolaboratif model logo dalam pemenuhan makna hidup berpengaruh terhadap tingkat kecenderungan penyalahgunaan napza siswa. Secara lebih rinci hasil penelitian menunjukkan: (1) terdapat perbedaan kecenderungan penyalahgunaan napza pada kelompok siswa yang mengikuti bimbingan konseling kolaboratif model logo dengan yang mengikuti kegiatan bimbingan konseling secara konvensional dengan, t sebesar -82,224, p>0,05; (2) para siswa peserta kegiatan merasakan bahwa bimbingan konseling kolaboratif logo berpengaruh terhadap berkembangnya kesadaran siswa terhadap tanggung jawab diri, dan pemenuhan makna hidupnya. 

Kata Kunci = bimbingan konseling kolaboratif, logo, kecenderungan, penyalahgunaan napza, makna hidup  

Pendahuluan 

       Penyalahgunaan narkoba, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza) di kalangan siswa dan pelajar merupakan salah satu masalah yang menghawatirkan serta dapat mengancam kelangsungan hidup bangsa, berupa rusaknya generasi muda yang merupakan sendi-sendi penerus kelangsungan hidup bangsa. Kasus penyalahgunaan napza khsusnya di kalangan siswa dan pelajar dari waktu ke waktu menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Sasarannya pun semakin meluas, dari pelajar di perguruan tinggi, sekolah menengah atas/kejuruan, bahkan beberapa kasus telah ditemukan pada siswa sekolah menengah pertama dan bahkan melibatkan siswa sekolah dasar. Di wilayah perkotaan, bahkan sudah menelusuk ke wilayah-wilayah pedesaan. Dampaknya pun bervariasi bagi korban penyalahgunaan napza, kehilangan masa depan, kehilangan kesempatan hidup sehat, bahkan tidak jarang yang harus meregang nyawa di usia muda. Suranata, (2009) melalui penelitian tentang meningkatkan perilaku antisipasif siswa terhadap penyalahgunaan napza melalui bimbingan kelompokdengan populasi penelitian siswa SMA Laboratorium Undiksha Singaraja dengan menggunakan pendekatan bimbingan konseling Logotherapy, menunjukkan hasil penelitian bahwa; (1) bimbingan kelompok dengan pendekatan logotherapy efektif untuk meningkatkan perilaku antisipasif siswa terhadap penyalahgunaan napza, sebelum diberikan layanan bimbingan konselig kelompok siswa memiliki perilaku mengarah pada kecenderungan mudah terpengaruh dalam penyalahgunaan napza, (2) pemberian bimbingan kelompok dengan pendekatan logotherapy pada siswa berdampak pada meningkatknya makna hidup, rasa percaya diri, tanggung jawab dan komitmen siswa untuk menghadapi dan menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapinya dengan cara-cara yang manusiawi (humanistis), dan menghindari cara-cara destruktif yang dapat merusak diri sendiri ataupun orang lain (Suranata, 2009). 

         Hasil penelitian Madri Antari & Suranata (2010) tentang peranan personil sekolah dalam konseling pencegahan penyalahgunaan napza. Penelitian mengambil sampel para siswa, konselor sekolah, guru mata pelajaran, pembina osis dan kesiswaan, serta kepala sekolah pada tiga SMA di kodya Denpasar, yakni SMA N 2 Denpasar, SMA Santo Yosep Denpasar, dan SMA Harapan Denpasar menunjukkan bahwa masingmasing personil sekolah sebenarnya memiliki peranan stretegis dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba di sekolah, namun memerlukan revitalisasi peran yang lebih optimal dan kolaborasi antara para personil sekolah dalam pelayanan konseling pencegahan penyalahgunaan napza (Madri Antari & Suranata, 2010). Hasil-hasil penelitian tersebut di atas mengarahkan pada diperlukannya pengembangan model pemberian bantuan kepada siswa melalui layanan bimbingan konseling dalam pencegahan penyalahgunaan napza. Sebagai bagian dari sistem pendidikan di sekolah, pelayanan bimbingan konseling dituntut untuk berupaya mengembangkan metode, model, strategi dan menerapkan berbagai pendekatan yang inovatif untuk menjawab tantangan permasalahan siswa yang semakin kompleks baik yang datang dari diri siswa sendiri dan juga permasalahan yang datang sebagai akibat pengaruh lingkungan. Pelayanan bimbingan konseling juga dituntut untuk berfungsi preventif, yakni mencegah terjerumusnya peserta didik dalam permasalahan dalam bidang akademik, pribadi, sosial serta permasalahan terkait pengembangan kariernya. Salah satu masalah yang dewasa ini serius menjadi perhatian para orang tua siswa, masyarakat dan pemerintah terkait dengan penyalahgunaan napza pada kalangan siswa dan pelajarModel konseling yang mengarah pada beberapa hasil penelitian di atas adalah model konseling yang mampu meningkatkan kesadaran diri siswa, meningkatkan komitmen dan tanggung jawab diri sendiri untuk menghindari cara-cara destruktif dalam menyelesaikan permasalahan yang dialami, diantaranya adalah cara pelarian ke arah penyalahgunaan napza. Suranata,dkk (2013) dalam penelitian pengembangan model koseling Logo untuk mencegah penyalahgunaan Napza di kalangan siswa SMP, SMA dan SMK di Bali, dengan fokus penelitian pada perumusan model hipotetik, uji model teoretis, dan uji coba model emperik pada sasaran terbatas menunjukkan beberapa hasil sebagai berikut: (1) hasil validasi model secara teoretik melalui ekspert judgement menunjukkan bahwa rumusan model konseling logo telah layak dikembangkan lebih lanjut dan telah memenuhi aspek-aspek Uji model teoretik melalui SMART metode yakni, sefesifikasi yang relevan, manageable; dapat dikelola, dilaksanakan, diorganisasikan, interaksi mudah untuk ditangani, adequat (mengandung relevansi) untuk dilaksanakan; apllicable/ acceptable; dapat diterima lingkungan, dapat dicapai, dijangkau, memiliki kemungkinan/ kapasitas layak untuk diterapkan, tidak menuntut terlalu banyak sintaks model lain yang harus diaplikasikan; relevan/ realistic/ reasionable; operasional, tidak diluar jangkauan, sesuai dengan permasalahan yang ditangani (mengenai sasaran yang hendak dituju), time Bound; terencana dengan baik, diikat oleh wakktu, serta tidak menuntut waktu yang bertele-tele. Sintaks Konseling Logo S yang dikembangkan secara umum dapat diuraikan seperti pada bagan 01.

         Hasil uji coba dampak model secara emperik pada sasaran terbatas (siswa kelas X SMK N 2 Singaraja) dengan metode ekperimen menunjukkan bahwa para siswa yang mengikuti kegiatan konseling logo dapat menurunkan kecenderungan menyalahgunakan napzanya lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang tidak dilibatkan dalam kegiatan konseling logo. Grafik buku harian siswa yang mengikuti kegiatan konseling logo juga menunjukkan perkembangan yang positif dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan yakni meningkatkan kualitas pemaknaan Mengungkapkan dan menyadari Makna Hidup 1. Siswa merenungkan makna hidupnya 2. Siswa menilai makna hidupnya 3. Siswa mengungkapka n dan menuliskan perasaan, emosi hasrat yang menganggu perilaku 4. Siswa menyadari pikiran, perasaan, perilaku yang harusnya di miliki untuk mengembangka n makna hdiupnya Rileksasi untuk menuju pemokus kan pikiran, perasaan penemua n makna hidup (Paradoxical Intention) Melepas Hasrat, emosi, pikiran yang menghambat (menuju selftranscendence) untuk penemuan dan pemenuhan hidup lebih bermakna Menyimpulan sendiri dan mencoba memberi interpretasi atas informasi yang diperoleh sebagai bahan untuk tahap selanjutnya yaitu pengubahan pikiran, keinginan/hasrat dan tindakan untuk menemukan makna hidup lebih realistis dalam kehidupan sehari hari Perubahan sikap dan perilaku klien ini tercakup modifikasi sikap, orientasi terhadap makna hidup, penemuan dan pemenuhan makna, dan pengurangan simptom. (siswa menuslikan modidikasi sikap, orientasi terhadap makna hidup, penemuan dan pemenuhan dan pengurangan simpton hasrat, emosi yang menganggu dalam buku harian sebagai kontrak perubahan dengan dirinya sendiri) Pengantaran Penjagjagan Penafsiran dan konseling Penyimpulan Pengakhiran hidup mereka. Hal tersebut dapat membuktikan bahwa penerapan model konseling logo dapat menurunkan kecenderungan penyalahgunaan napza siswa (Suranata,dkk. 2013). 

       Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas model konseling logo untuk mencegah penyalahgunaan napza pada siswa SMP dan SMA dan SMK di provinsi Bali? Secara lebih rinci, beberapa tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan kecenderungan penyelahgunaan napza antara para siswa yang dilibatkan dalam konseling logo dengan para siswa yang tidak mengikuti konseling logo, (2) persepsi para siswa tentang pengaruh pelaksanaan konseling logo terhadap pemenuhan makna hidupnya. 2. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan disain, posttest control group design. Populasi penelitian ini adalah para siswa SMP, SMA, dan SMK di provinsi Bali, sampel penelitian ditentukan dengan teknik stratified area random sampling, mulamula ditentukan secara acak sekolah pada tingkat SMP, SMA, dan SMK di masingmasing wilayah Bali bagian Utara, Selatan, Timur dan Barat, selanjutnya ditentukan kelompok kelas siswa pada masing-masing sekolah terpilih untuk diperlakukan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan itu, sampel penelitian ini terdiri dari 663 siswa yang tersebar pada 12 sekolah (masing-masing satu kelompok/kelas di SMP, SMA dan SMK pada empat wilayah di provinsi Bali) kemudian sampel tersebut di kelompokkan kembali menjadi dua kelompok yakni 333 siswa sebagai kelompok eksperimen dan 330 siswa sebagai kelompok kontrol. Para siswa kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan berupa pelatihan dan melaksanakan konseling logo di masing-masing sekolah dengan perlakukan yang sama dengan menggunakan panduan pelaksanaan konseling logo. Sementara itu para siswa kelompok kontrol tidak mendapatkan konseling logo secara khusus seperti pada para siswa kelompok eksperimen namun tetap mendapatkan perlakuan pelayanan bimbingan konseling seperti yang berlaku sesuai kurikulum sekolah masing-masing. Data penelitian dikumpulkan dengan kuisoner kecenderungan penyalahgunaan napza dan angket persepsi siswa terhadap pengaruh pelaksanaan konseling logo. Data penelitian di analisis secara deskriptif dan statistik inferensial t-test. 3. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara deskriptif kelompok siswa yang mengikuti kegiatan konseling logo menunjukkan kecenderungan penyalahgunaan Napza yang lebih rendah dibandingkan kelompok yang tidak mengikuti kegiatan konseling logo dengan perbandingan rata-rata kecenderungan 219,5 pada kelompok yang mengikuti kegiatan konseling logo dan ratarata 272,5 pada kelompok yang tidak mengikuti kegiatan konseling logo. Selanjutnya, perbandingan kualifikasi tingkat kecenderungan penyalahgunaan Napza pada masing-masing kelompok dapat dilihat pada gambar grafik 01. 

       Kelompok siswa yang mengikuti kegiatan konseling logo pada ditemukan menunjukkan kecenderungan penyalahgunaan yang cenderung berada pada kualifikasi sangat rendah, sementara itu kelompok siswa yang tidak mengikuti kegiatan konseling secara khusus melalui program penelitian cenderung berada pada kategori sedang. Data ini dibandingkan dengan data kecenderungan penyalahgunaan para siswa SMP, SMA dan SMK di provinsi Bali (Suranata,dkk tahun 2012) yang menunjukkan bahwa 64,5% responden berada pada kategori sedang (cenderung memiliki resiko untuk terlibat dalam halhal terkait penyalahgunaan napza pada kategori sedang) maka kelompok konseling logo telah memberikan dampak yang postif terhadap upaya pencegahan penyalahgunaan napza pada kalangan siswa SMP, SMA dan SMK di provinsi Bali, sebagian besar (85%) siswa yang mengikuti kegiatan konseling logo menunjukkan kecenderungan terlibat dalam tindakan penyalahgunaan napza pada tingkat yang minimal. Selanjutnya hasil uji beda kecenderungan penyalahgunaan napza antara siswa yang mengikuti kegiatan konseling logo dengan yang tidak mengikuti melalui uji ttest menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara kecenderungan penyalahgunaan napza antara para siswa yang mengikuti kegiatan konseling logo dengan kelompok siswa yang mengikuti konseling secara konvensional 

      Kelompok siswa ekperimen (yang mengikuti kegiatan konseling logo secara khusus) memiliki kecenderungan untuk berpikir, bersikap dan bertindak kea rah keterlibatan pada penyalahgunaan napza yang lebih rendah dibandingkan kelompok siswa yang mengikuti kegiatan konseling seperti biasa yang berlaku di sekolah sesuai program dan kurikulum bimbingan konseling di sekolah (kelompok kontrol). Selanjutnya selama kegiatan konseling logo, para siswa juga menyusun buku hariannya selama empat minggu kegiatan untuk memantau proses penemuan dan pemenuham makna hidupnya. Aspek aspek yang mereka amati adalah: (1) kemampuan memaknai diri secara postif, (2) keinginan untuk berpikir, bersikap bertindak agar hidup lebih bermakna bagi diri sendiri, (3) keinginan untuk berpikir, bersikap bertindak agar hidup lebih bermakna bagi orang lain, (4) tindakan yang telah dilakukan untuk menemukan hidup lebih bermakna. Secara umum grafik rata-rata perkembangan pemenuhan dan penemuan makna hdiup siswa tersebut dapat dilihat pada gambar gragik

        Siswa yang mengikuti kegiatan konseling logo pada masing-masing tingkat jenjang sekolah (SMP, SMA/SMK) melaporkan melalui catatan buku harian bahwa masing-masing dari mereka telah telah mengalami peningkatan kemampuan memenuhi dan menemukan makna hidup, meskipun dapat dilihat terdapat perbedaan capaian pada masing-masing jenjang dan masing masing aspek. Berdasarkan angket isian persepsi siswa terhadap pelaksanaan konseling logo menunjukkan pada pertemuan pertama kegiatan sebagian besar siswa dalam masing-masing kelompok jenjang sekolah menyatakan kurang memahami tentang kegiatan konseling logo, namun pada akhir pertemuan kedua dan selanjutnya sampai minggu ke empat mereka mengikuti kegiatan mereka menyatakan sudah memahami tentang langkahlangkah dan makna dari kegiatan konseling logo, pada pertemuan tersebut secara umum pada masing-masing kelompok jenjang pendidikan di 12 kelas/sekolah yang dilibatkan sudah menyatakan mampu mengikuti kegiatan dengan baik. Selaras dengan data buku harian di atas, penemuan dan pemenuhan makna yang mereka capai pada pertemuan ke tiga dan keempat bedasarkan angket yang diisi, para siswa menyatakan telah merasa menemukan makna hidupnya dengan sadar dan bertanggung jawab ingin bersikap dan bertindak untuk menemukan hidup yang lebih bermakna bagi diri sendiri dan orang lain. Mereka menyatakan merasa senang mengikuti kegiatan konseling logo dalam pemenuhan dan penemuan makna hidup baik di sekolah dipandu oleh fasilitator/konselor maupun melaksanakannya sendiri dirumah (terutama mulai pada pertemuan pertemuan ketika siswa sudah dilatih dan bisa melaksanakan kegiatan konseling logo sendiri). Hal ini membuktikan bahwa konseling logo berpengaruh terhadap kemampuan siswa peserta kegiatan untuk meningkatkan kesadaran dirinya sebagai upaya untuk pencegahan penyelahgunaan napza. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya (Suranata,dkk.2013) yang menunjukan bahwa konseling logo berpengaruh terhadap rendahnya kecenderungan penyalahgunaan napza para siswa kelas X di SMK N 1 Singaraja. Penemuan dan pemenuhan hidup merupakan kunci utama keberhasilan pelaksanaan konseling logo. Frankl (2010) menegaskan tiga asumsi utama yang konseling logoterapi bahwa tujuan utama individu untuk hidup adalah untuk menemukan makna hidup . Kedua , bahwa kehidupan memiliki makna dalam segala situasi bahkan ketika mereka menindas atau negatif . Ketiga, dalam kekuasaan seseorang untuk menemukan makna atau menambahkan makna dalam situasi tertentu. Frankl menegaskan bahwa seorang individu memiliki kemampuan untuk kemenangan atas kesulitan aktual atau dirasakan dengan memisahkan dari situasi dan mempertahankan sikap positif atau optimis, terutama dalam mengejar sadar. Dengan penemuan makna hidup yang tepat dan realistis maka individu akan terarahkan pikiran, hasrat pada tindakan yang mampu dipertangungjawabkan secara moral dan spiritual. Termasuk terhindar dalam jebakan kenikmatan sesaat yang diberikan pada narkoba dan sejenisnya. Mengingat salah satu faktor yang menyebabkan terjerumusnya siswa dalam penyahgunaan narkoba dan sejensinya adalah faktor dari dalam dirinya. Seperti yang disebutkan BNN (2005) bahwa ciri-ciri remaja yang mempunyai resiko lebih besar menggunakan Napza, adalah meliputi: (a) cenderung memberontak, (b) memiliki gangguan jiwa lain seperti depresi atau kecemasan, (c) memiliki perilaku yang menyimpang dari aturan atau norma yang ada, (d) kurang percaya diri, (e) mudah kecewa, agresif dan destruktif, (f) murung, pemalu, pendiam, (g) merasa bosan dan jenuh, (h) memiliki keinginan untuk bersenang senang yang berlebihan, (i) keinginan untuk mencoba yang sedang mode, (j) identitas diri yang kabur atau tidak jelas, (k) kemampuan komunikasi yang rendah, (l) kondisi putus sekolah, dan (m) kurangnya penghayatan terhadap iman dan kepercayaan. Cirri-ciri tersebut juga merupakan indikator orang yang kehilangan makna hidup. 

PENUTUP 

       Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konseling logo berpengaruh terhadap penemuan dan pemenuhan makna hidup serta rendahnya kecenderungan terlibatnya siswa pada penyalahgunaan napza. Penemuan makna hidup. Grafik buku harian siswa yang mengikuti kegiatan konseling logo juga menunjukkan perkembangan yang positif dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan yakni meningkatkan kualitas pemaknaan hidup mereka. Hal tersebut dapat membuktikan bahwa penerapan model konseling logo dapat menurunkan kecenderungan penyalahgunaan napza siswa. 

Daftar Rujukan 

BNN. 2005. Komunikasi Penyuluhan Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta Frankl, Viktor E. 2010. Man's Search for Meaning, looks at the human condition in our times. Marquette University Press. 

Madri Antari& Suranata. 2010. Peranan Konselor dan Personil Sekolah dalam Konseling Pencegahan Penyalahgunaan Napza di sekolah.. Laporan Penelitian. Singaraja: Undiksha. 

Suranata. 2009. Efektifitas Layanan Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Antisipasif siswa Terhapap Penyalahgunaan Napza. Artikel.terbit. Jurnal. IKA Undiksha, Vol 8 No 1. 

------------&Dkk.2013. Pengembangan Model Konseling Logo Untuk Mencegah Penyalahgunaan Napza di Kalangan Siswa SMP, SMA dan SMK di Bali. Artikel. Terbit. Jurnal Ilmu Pendidikan. Lemlit Undiksha. Vol.2 2013.  

Posting Komentar untuk "PENGARUH BIMBINGAN KONSELING MODEL LOGO TERHADAP KECENDERUNGAN PENYALAHGUNAAN NAPZA "