Contoh Proposal PTK
PENGGUNAAN MEDIA KARTU ANGKA UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN KELAS I SD NEGERI I GAMBIRMANIS
KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI
Oleh
JUMINEM
Pesan Laporan PTK / PTS Klik Di sini
A.
Latar
belakang
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai
suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik ( siswa ) yang direncanakan
atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik
( siswa ) dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien.
Pembelajaran dipandang sebagai sistem mengandung pengertian bahwa pembelajaran
terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir, antara lain berupa tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran,
media pembelajaran, alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran,
serta tindak lanjut pembelajaran. Namun apabila pembelajaran dipandang sebagai
suatu proses, maka pembelajaran merupakan serangkaian upaya atau kegiatan guru
dalam rangka membuat siswa belajar, yang meliputi mulai merencanakan program
pengajaran tahunan, semester, dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) beserta perangkat
kelengkapannya, melaksanakan pembelajaran, melaksanakan evaluasi dan analisis
hasil evaluasi, serta melaksanakan tindak lanjut pembelajaran yang berupa
pengayaan ( enrichment ) atau
perbaikan ( remedial teaching )
(Pedoman Penilaian di Sekolah Dasar, Kurikulum 2004, 2004:316).
Proses
belajar-mengajar atau proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan
kurikulum suatu lembaga pendidikan. Kurikulum dapat diartikan sebagai
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan pendidikan pada hakekatnya
berfungsi untuk mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah
laku, baik secara intelektual, moral, maupun sosial agar dapat hidup mandiri
sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Dalam rangka mencapai tujuan
tersebut, siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur guru dalam
proses pembelajaran.
Pembelajaran di
Sekolah Dasar akan lebih efektif, menarik, dan menyenangkan apabila
memanfaatkan berbagai media dan metode secara bervariasi. Pembelajaran yang
bervariasi bertujuan agar menimbulkan minat dan motivasi belajar peserta didik
terhadap semua mata pelajaran di sekolah.
Dengan motivasi belajar yang tinggi maka hasil belajar akan berkualitas
sehingga mutu pendidikan akan meningkat. Namun demikian kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar, berdasarkan
pengamatan dan informasi dari berbagai pihak masih banyak yang bersifat
konvensional. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran masih cenderung
pada metode ceramah, dan kurang memanfaatkan media. Oleh karena itu hasil
belajar masih kurang optimal.
Matematika
merupakan bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses
penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis
dari kebenaran yang sebelumnya sudah diterima, sehingga keterkaitan antar
konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas. Matematika berfungsi
untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan,
eksplorasi, dan eksperimen, sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir
dan model matematika serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel,
grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan. Tujuan pembelajaran matematika adalah untuk melatih cara
berfikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten. (Depdiknas,
2005).
Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika seperti
yang tertuang dalam KTSP tersebut, disusunlah Standar Kompetensi Matematika.
Dalam Standar Kompetensi Matematika tersebut memuat berbagai kompetensi dasar
yang harus dikuasai oleh siswa. Dengan menguasai kompetensi dasar dalam
pembelajaran matematika diharapkan agar siswa dapat berfikir secara sistematis,
logis, kritis, kreatif, konsisten, berfikir abstrak, dan berkomunikasi
menggunakan simbol, tabel, grafik, diagram, dan dapat menggunakan matematika
dalam pemecahan masalah, yang dikembangkan melalui pembelajaran yang bertahap
dan berkesinambungan.
Memperhatikan pengertian, fungsi, dan tujuan pembelajaran
matematika seperti yang diuraikan di atas, maka seorang guru yang profesional
dituntut dapat merancang, menyusun, melaksanakan, mengevaluasi, dan
melaksanakan tindak lanjut suatu proses pembelajaran sehingga siswa dapat
menguasai sejumlah kompetensi dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Guru dituntut dapat mengembangkan pembelajaran yang bertahap dan
berkesinambungan disesuaikan dengan karakteristik pertumbuhan, perkembangan dan
kematangan siswa sekolah dasar. Langkah nyata kegiatan guru dalam melaksanakan
tugas profesinya tersebut adalah dengan merancang, menyusun, dan melaksanakan
Rencana Pembelajaran serta menindaklanjuti hasil pembelajaran yang
dilaksanakan.
Pembelajaran di sekolah dasar yang kurang menarik akan membosankan siswa. Apalagi dalam
pembelajaran Matematika, hampir sebagian besar peserta didik merasa takut dan
menganggap pelajaran yang paling sulit.
Hal ini dapat dilihat dari rendahnya
hasil pembelajaran Matematika semester satu
kelas I Sekolah Dasar Negeri I Gambirmanis pada materi penjumlahan dan pengurangan. Peserta didik kurang
termotivasi dalam pembelajaran terbukti
dengan banyaknya peserta didik yang tidak memperhatikan penjelasan guru, peserta
didik bercerita ketika kegiatan pembelajaran, dan peserta didik malas
mengerjakan latihan. Berdasakan hasil tugas
peserta didik terhadap materi penjumlahan dan pengurangan, sebagian
besar peserta didik mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal. Hal ini
terbukti dalam kegiatan pembelajaran
yang dilakukan dengan metode ceramah, dalam materi penjumlahan dan pengurangan
ternyata hasil belajar peserta didik yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang ditentukan sekolah yaitu
70, hanya 3 peserta didik (21,43%) dari jumlah peserta didik
sebanyak 14 siswa. Sedangkan 11 peserta didik (78,57%) masih tidak
mencapai KKM yang ditentukan.
Berdasarkan kondisi di atas, guru kelas dengan mendapatkan masukan
dan informasi dari berbagai pihak menentukan
model pembelajaran baru agar hasil
belajar peserta didik dalam pembelajaran Matematika meningkat. Media yang
dipilih adalah kartu angka.
Pembelajaran dengan media kartu
angka ini dipilih oleh guru kelas untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapi peserta didik. Pembelajaran dengan memanfaatkan kartu angka ini agar dapat meningkatkan hasil belajar Matematika bagi peserta didik kelas I Sekolah Dasar. Hasil
belajar peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini diharapkan
mencapai KKM yang ditentukan yaitu 70, serta rata-rata kelas yang dicapai meningkat dari hasil
sebelumnya.
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi
masalah yang diperhatikan dalam upaya
perbaikan pembelajaran agar lebih menarik dan meningkatkan hasil belajar peserta
didik adalah sebagai berikut.
a.
Hasil belajar peserta didik kelas I dalam pembelajaran Matematika masih rendah.
b.
Kurangnya motivasi siswa kelas I SD Negeri I Gambirmanis dalam mengikuti
pembelajaran Matematika.
c.
Proses
pembelajaran Matematika kurang berlangsung optimal.
d.
Siswa
cenderung malas dalam mengerjakan soal.
e.
Pembelajaran
berlansung membosankan
2.
Analisis Masalah
Berdasarkan
latar belakang dan identifikasi masalah, maka dapat idtentukan sebab-sebab
terjadinya masalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran
masih menggunakan model biasa seperti ceramah dan tanya jawab
b. Metode
yang diterapkan guru belum sesuai
c. Siswa
tidak termotivasi untuk belajar
d. Guru
tidak melibatkan siswa
e. Kreativitas
guru dalam pembelajaran masih kurang
3. Alternatif
Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah yang telah
dikemukakan di atas, maka akan dilakukan tindakan berupa penggunaan media kartu
angka untuk meningkatkan hasil belajar siswa materi penjumlahan dan pengurangan
di kelas I SD Negeri I Gambirmanis Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah
perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah
proses pembelajaran Matematika pada siswa kelas I SD Negeri I Gambirmanis
Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri?
2. Bagaimakah
upaya peningkatan hasil belajar Matematika materi penjumlahan dan pengurangan
pada siswa kelas I SD Negeri I Gambimanis Kecamatan Pracimantoro Kabupaten
Wonogiri Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk
meningkatkan minat anak terhadap mata pelajaran Matematika. Secara khusus
perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai
berikut.
1. Untuk
mengetahui proses pembelajaran Matematika pada siswa kelas I SD Negeri I
Gambirmanis Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri?
2. Bagaimakah
upaya peningkatan hasil belajar Matematika materi penjumlahan dan pengurangan
pada siswa kelas I SD Negeri I Gambimanis Kecamatan Pracimantoro Kabupaten
Wonogiri Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014?
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang baik harus melahirkan suatu manfaat. Tidak menjadi
persoalan apakah manfaat yang dihasilkan itu manfaat praktis dan berjangka pendek
ataupun manfaat secara teoritis dan hanya bisa dilihat wujudnya di masa depan.
Demikian pula dengan penelitian perbaikan pembelajaran ini. Setelah memnggunakan media kartu
angka, secara umum dapat bermanfaat
bagi:
1.
Siswa
Manfaat perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini
bagi siswa adalah:
a.
Meningkatnya minat terhadap mata
pelajaran Matematika
b.
Meningkatnya keaktifan sisawa
dalam proses pembelajaran mata pelajaaran Matematika.
c.
Meningkatnya nilai hasil
ulangan siswa pada mata pelajaran
Matematika.
2.
Guru
Manfaat perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini
bagi guru adalah:
a.
Memperbaiki kinerja guru dalam
proses pembelajaran di kelas.
b.
Meningkatkan profesinalismenya
dalam mengelola pembelajaran di kelas.
c.
Meningkatkan rasa percaya diri
guru.
d.
Mendapat kesempatan untuk
berperan aktif dan berinovasi dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
sendiri
3.
Sekolah
Manfaat perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini
bagi sekolah adalah:
a.
Meningkatkan kualitas mutu
pendidikan sekolah.
b.
Memberikan masukan yang positif
bagi kemajuan sekolah.
c.
Memberikan kontribusi yang baik
dalam peningkatan proses belajar mmengajar untuk semua mata pelajaran
4.
Pendidikan
Manfaat perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini
bagi pendidikan adalah:
a.
Memberikan masukan bagi kebijakan
yang akan diambil guna peningkatan mutu pendidikan.
b.
Sebagai bahan kajian untuk
mengembangkan penelitian lebih lanjut tentang perbaikan pembelajaran guna
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.
E. Landasan Teori
1.
Tinjauan tentang Hasil Belajar
a. Hakekat Belajar
Hamalik (2009: 27) mengemukakan bahwa
belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.
Artinya, belajar merupakan proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau
tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni
mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan
pengubahan kelakuan.
Belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Di dalam
interaksi inilah terjadi serangkaian
pengalaman-pengalaman belajar. William Burton (Hamalik, 2009: 28)
menyatakan “A good learning situation consist of a rich and varied series of
learning experiences unified around a vigorous purpose and carried on in
interaction with a rich, varied an propocative environment.”
Inti dari dua pengertian di atas menyatakan
bahwa belajar adalah perubahan prilaku individu. Perubahan prilaku bisa dengan memperteguh kelakuan melalui
pengalaman ataupun dengan interaksi dengan lingkungan. Pengalaman adalah sebagai sumber pengetahuan
dan keterampilan, bersifat pendidikan, yang merupakan satu kesatuan di sekitar
tujuan murid, pengalaman pendidikan bersifat kontinu dan interaktif, membantu
integrasi pribadi murid.
Tidak semua
perubahan prilaku dikategorikan sebagai akibat dari pendidikan. Hamalik (2009:
28) menyimpulkan pengertian-pengertian belajar sebagai berikut.
1)
Situasi
belajar harus bertujuan dan tujuan-tujuan itu diterima baik oleh masyarakat.
Tujuan merupakan salahsatu aspek dari situasi belajar.
2)
Tujuan
dan maksud belajar timbul dari kehidupan anak sendiri.
3)
Di
dalam mencapai tujuan itu, murid senantiasa akan menemui kesulitan, rintangan, dan situasi-situasi yang tidak
menyenangkan.
4)
Hasil
belajar yang utama ialah pola tingkah laku yang bulat.
5)
Proses
belajar terutama mengerjakan hal-hal yang sebenarnya. Belajar apa yang
diperbuat dan mengerjakan apa yang dipelajari.
6)
Kegiatan-kegiatan
dan hasil-hasil belajar dipersatukan dan dihubungkan dengan tujuan dalam
situasi belajar.
7)
Murid
memberikan reaksi secara keseluruhan.
8)
Murid
mereaksi sesuatu aspek dari lingkungan yang bermakna baginya.
9)
Murid
diarahakan dan dibantu oleh orang-orang yang dalam lingkungan itu.
10)
Murid-murid
dibawa/diarahkan ke tujuan-tujuan lain, baik yang berhubungan maupun yang tidak
berhubungan dengan tujuan utama dalam situasi belajar.
Bukti bahwa seseorang telah belajar
adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku
manusia terdiri dari sejumlah aspek.
Hasil belajar akan tampak pada setiap
aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek tersebut adalah:
1) Pengetahuan,
2) Pengertian,
3) Ketarampilan,
4) Apresiasi,
5) Emosional,
6) Hubungan
sosial,
7) Jasmani,
8) Etis atau budi
pekerti, dan
9) Sikap. (Hamalik, 2009: 30)
Para ahli berbeda pandangan tentang
hakikat belajar, tergantung sejauh mana mereka meyakini tentang hakikat manusia
atau siswa. Berbicara tentang siswa, maka sebenarnya membicarakan kontribusi
Psikologi terhadap ilmu pendidikan. Psikologi memberikan landasan dan
kontribusi yang signifikan dalam memahami siswa. Menurut Natawidjaja, beberapa
teori yang penting dan sangat berperan dalam praksis pendidikan ada enam teori,
yaitu : teori kognitif, teori sosiokultural, teori operant conditioning, teori
intelegent jamak, teori perkembangan moral dan teori kontruktivisme.
Witherington (1952:165) dalam Sukmadinata (2007:68) belajar merupakan
perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons
yang baru yang berbentuk keterampilam, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan
kecakapan. Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh Crow and Crow dan
Hilgard dalam Sukmadinata (2007:151), menurut mereka belajar adalah
diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru. Sedangkan menurut
Hilgard, belajar adalah suatu proses dimana suatu prilaku muncul atau berubah
karena adanya respons terhadap suatu situasi.
Pengertian-pengertian di atas menyimpulkan
bahwa pengertian belajar yang dikemukakan tersebut berasal dari Teori Behaviorisme.
Behavioran meyakini bahwa individu menguasai lebih dari sekedar yang
diperlihatkan oleh prilakunya. Selanjutnya mereka menyatakan bahwa manusia
adalah organisme yang mempunyai kemampuan berfikir, ia dapat mengarahkan diri,
dapat menghayati keadaan orang lain, dapat menggunakan simbol-simbol dan dapat
mengatur dirinya sendiri. (Sukmadinata, 2007 :157).
Teori Kognitif Piaget berasumsi bahwa
dalam proses pembelajaran, teori psikologi kognitif terfokus pada proses
berfikir yang melatarbelakangi perilaku dan apa yang terjadi dalam pemikiran
pelajar. Memanfaatkan skema (struktur internal pengetahuan) sebagai hasil dari
percontohan, analogi, metafora, dan tutorial. ( Natawijaya, 2007:68).
Menurut Piaget, belajar adalah adaptasi yang
bersifat holistik dan bermakna yang datang dari dalam diri seseorang terhadap
situasi baru sehingga mengalami perubahan yang relatif permanen. Ia percaya
bahwa sebelum perubahan itu terjadi terlebih dahulu harus ada kesiapan (readiness) dan kematangan dari dalam diri
anak. Pengetahuan tidak diperoleh dengan
cara dialihkan dari orang lain, merupakan sesuatu yang dibangun dan diciptakan
oleh anak sendiri. Anak adalah pembelajar aktif dan memiliki struktur
psikologis yang mengendalikan perilaku belajarnya. (Sukmadinata, 2007 :246).
Seorang anak akan belajar dengan giat dan
dia dapat menjawab semua pertanyaan dalam ulangan atau ujian, jika guru
memberikan penghargaan kepada anak tersebut dengan nilai tinggi, pujian atau
hadiah. Teori ini dikenal dengan teori penguatan atau operant conditioning dari Skinner yang
merupakan pengembangan dari teori koneksionisme dari Thorndike. (Sukmadinata,
2007: 169).
Gardner menjelaskan bahwa intelegnsi itu
tidak tunggal, melainkan jamak, yang keseluruhan intelegensi itu dapat dimiliki
secara merata oleh seorang individu. Menurut Gardner, intelegensi jamak itu
mencaku tujuh intelegensi, yaitu:
1)
Intelegensi musikal (musical
intelligence).
2)
Intelegensi badaniah (bodily-kinesthetic
intelligence).
3)
Intelegensi logic-matematik
(logical-mathematical intelligence).
4)
Intelegensi berbahasa(linguistic
intelligence).
5)
Intelegensi ruang (spatial
intelligence).
6)
intelegensi antar-pribadi
(inter-personal intelligence).
7)
Intelegensi intra-pribadi
(intra-personal intelligence).
8)
Intelegensi naturalis (naturalist
intelligence).
9)
Intelegensi spiritual (spiritual
intelligence) (Natawidjaja, 2007:
73)
Berbeda
dengan intelegensi jamak, konstruktivisme memandang bahwa siswa membina sendiri
pengetahuan atau konsep secara aktif berdasarkan pengetahuan dan pengelaman
yang ada. Dalam proses ini, siswa akan menyesuaikan pengetahuan yang diterima
dengan pengetahuan yang ada untuk membina pengetahuan yang baru. (Isjoni, 2007:
31)
Begitu
juga menurut Sukmadinata (2007:247), Konstruktivisme adalah suatu teori tentang
pemerolehan pengetahuan. Dalam
hubungannya dengan pembelajaran, teori ini berpandangan bahwa dalam
proses pembelajaran, siswa membangun persepsinya sendiri tentang dunia melalui
pengalaman, struktur mental, dan keyakinan yang digunakan untuk menafsirkan
obyek dan kejadian. Dalam peneltitian ini, belajar diartikan sebagimana ditulis
Surya (2004:10) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan prilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
b. Hasil Belajar
Keller dalam Mulyono Abdurrahman
(2003:39) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah prestasi aktual yang
ditampilkan oleh anak sedangkan usaha adalah perbuatan yang terarah pada
penyelesaian tugas-tugas belajar. Ini
berarti bahwa besarnya usaha adalah indikator dari adanya motivasi; sedangkan
hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dilakukan oleh anak.
Hasil belajar menurut Sudjono
(2000:22) merupakan suatu kompetensi atas kecakapan yang dapat dicapai siswa setelah melalui proses kegiatan
pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru disuatu sekolah dan
kelas tertentu. Kompetensi yang dicapai oleh siswa dan kegiatan pembelajaran
tersebut menurut Uolin. S. Winata Putra
(2003:2.19)
akan mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Belajar menurut Abdilah (2002:66) dalam Abdurrahman (2009:35), adalah suatu usaha
sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui
latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.
Dari
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan Belajar adalah usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan untuk mencapai tujuan
tertentu. Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam berarti kecakapan atau kemampuan
yang harus dicapai oleh siswa setelah melalui kegiatan pembelajaran yang
dirancang dan dilaksanakan guru dalam mata pelajaran tertentu, yaitu
Matematika.
Hasil Belajar Matematika yaitu suatu hasil belajar yang dicapai oleh
peserta didik dalam mata pelajaran Matematika setelah mengikuti kegiatan proses
belajar mengajar pada mata pelajaran Matematika dalam kurun waktu tertentu dan
program tertentu. Kurun waktu yang digunakan untuk penelitian tindakan kelas
ini adalah dua minggu sesuai jumlah siklus yang dilaksanakan, yang
masing-masing siklus dilaksanakan selama seminggu. Tindakan-tindakan dalam
siklus tersebut dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2013/2014.
Sedangkan materi pelajaran yang dijadikan penelitian tindakan kelas ini adalah
materi pelajaran Matematika kelas VI dengan materi luas dan volume lingkaran .
Hasil belajar tersebut berupa kemampuan-kemampuan baru yang meliputi pola
perbuatan, nilai, sikap, kecakapan, keterampilan, yang berguna untuk mengatasi
permasalahan dalam mata pelajaran Matematika khususnya dan permasalahan mata
pelajaran lain pada umumnya. Bukti bahwa peserta didik telah menguasai kemampuan-kemampuan
baru dinyatakan dalam angka- angka. Makin tinggi nilai yang diperoleh peserta
didik artinya makin tinggi pula kemampuan yang dimilikinya. Penilaian berbasis
kelas menggamarkan pengertian penilaian sebagai ”Assessment” yaitu
kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh dan mengefektifkan informasi tentang
hasil belajar siswa pada tingkat kelas selama dan setelah kegiatan belajar
mengajar (Tim Khusus, 2008: 186).
2.
Tinjauan tentang Pembelajaran Matematika
a. Hakekat Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar
Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat di antara
matematikawan, apa yang dimaksud matematika. Namun penulis mencoba mengungkap
beberapa pendapat para ahli tentang matematika. Istilah matematika berasal dari
bahasa Yunani mathein atau manthenein yang artinya
mempelajari. Menurut Rusenffendi
(1989:23) menyatakan bahwa matematika terorganisasi dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan,
definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil. Walaupun tidak terdapat
satu pengertian matematika mempunyai ciri khusus atau karakteristik yang dapat
merangkum pengertian matematika. Beberapa karakteristik itu adalah: 1) memiliki
obyek abstrak, 2) bertumpu pada kesepakatan, 3) berpola pikir deduktif, 4)
memiliki symbol yang kosong dari arti, 5) memperhatikan semesta pembicaraan dan
6) konsisten dalam sistemnya.
Matematika yang diajarkan di jenjang pendidikan persekolahan yaitu SD, SMP, dan SMU disebut
matematika sekolah. Matematika Sekolah adalah unsur-unsur atau bagian-bagian
dari matematika yang dipilih berdasarkan atau berorientasi pada kepentingan
pendidikan dan perkembangan intelektual siswa serta perkembangan IPTEK. Matematika yang dipilih adalah matematika
yang dapat menata nalar, membentuk kepribadian, menanamkan nilai-nilai,
memecahkan masalah, dan melakukan tugas tertentu.
Belajar matematika merupakan tentang konsep-konsep dan struktur abstrak
yang terdapat dalam matematika serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan
struktur matematika. Belajar matematika harus melalui proses yang bertahan dari
konsep yang sederhana ke konsep yang lebih kompleks. Setiap konsep matematika
dapat dipahami dengan baik jika pertama-tama disajikan dalam bentuk konkrit.
Russeffendi (1992:87) mengungkapkan bahwa alat peraga adalah alat untuk menerangkan/
mewujudkan konsep matematika sehingga materi pelajaran yang disajikan mudah
dipahami oleh siswa.
Salah satu dari Standar Kompetensi Lulusan SD pada mata pelajaran
matematika yaitu, memahami konsep bilangan pecahan, perbandingan dalam
pemecahan masalah, serta penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari Depdiknas
2006. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa pemahaman guru tentang
hakekat pembelajaran matematika di SD dapat merancang pelaksanaan proses
pembelajaran dengan baik yang sesuai dengan perkembanagan kognitif siswa,
penggunaan media, metode dan pendekatan yang sesuai pula. Sehingga guru dapat
menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif serta terselenggaranya kegiatan
pembelajaran yang efektif.
b. Tujuan Pembelajaran Matematika
Tujuan pembelajaran matematika
di SD dapat dilihat di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan 2006 SD. Mata
pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut, (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau algortima, secara luwes, akurat, efesien, dan
tepat dalam pemecahan masalah, (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti,
atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) memecahkan masalah yang
meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan
model dan menafsirikan solusi yang diperoleh, (4) mengkomunikasikan gagasan
dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau
masalah, (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari
matematika sifat-sifat ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Selain tujuan umum yang menekankan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta memberikan tekanan pada ketrampilan dalam penerapan matematika juga memuat tujuan khusus matematika SD yaitu: (1) menumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan sehari-hari, (2) menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika, (3) mengembangkan kemampuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut, (4) membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.
Selain tujuan umum yang menekankan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta memberikan tekanan pada ketrampilan dalam penerapan matematika juga memuat tujuan khusus matematika SD yaitu: (1) menumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan sehari-hari, (2) menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika, (3) mengembangkan kemampuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut, (4) membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.
c. Ruang Lingkup Materi Matematika Sekolah Dasar
Mata pelajaran
matematika pada satuan pendidikan sekolah dasar meliputi aspek-aspek sebagai
berikut: (1) bilangan, (2) geomteri, (3) pengolahan data Depdiknas, 2006.
Cakupan bilangan antara lain bilangan dan angka, perhitungan dan perkiraan.
Cakupan geometri antara lain bangun dua dimensi, tiga dimensi, tranformasi dan
simetri, lokasi dan susunan berkaitan dengan koordinat. Cakupan pengukuran
berkaitan dengan perbandingan kuantitas suaru obyek, penggunaan satuan ukuran
dan pengukuran.
http://www.sekolahdasar.net/2011/07/pembelajaran-matematika-disekolah.
html#ixzz2AQvy7PVd Diakses Rabu, 2 Oktober 2013 jam 01.05pm
3.
Media Pembelajaran Kartu Angka
a.
Pengertian
Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa Latin “media”
dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti
“perantara atau pengantar”. Sedangkan media pembelajaran adalah wahana penyalur
informasi belajar atau penyalur pesan. Dengan media,
siswa akan mendapatkan pengetahuan aplikatif dan mudah untuk difahami . Media
dalam pembelajaran terdapat banyak sekali komponen diantaranya media sebagai
alat bantu atau alat peraga. Alat peraga diartikan sebagai alat bantu untuk
menyampaikan pelajaran atau mendidik agar dimengerti siswa.Penggunaan alat peraga pengajaran tidak terlepas dari
prinsip dan kriteria pemilihan yaitu adanya kejelasan dan keteguhan tujuan
pemilihan, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
b.
Kartu Angka (Number Card) sebagai Alat Peraga
Number Card merupakan istilah dari bahasa
inggris yaitu Number dan Card. Number diartikan sebagai angka,
jumlah. Sedangkan Card diartikan sebagai kartu, kartu
main. Yang dimaksud dengan Number Card adalah kartu yang bertuliskan
angka-angka bilangan cacah dengan jumlah sesuai kebutuhan pengguna yang dibantu
dengan sebuah papan landasan untuk menempel atau penggantungkan angka-angka
yang telah terpilih. Number Card sebagai alat peraga yang digunakan dalam
pembelajaran matematika sehingga mempermudah guru dalam penyampaian materi,
misalnya dalam mengurutkan angka terbesar dan terkecil, perkalian dan
pembagian.
c.
Fungsi, Alat
dan Cara Pembuatan Number
Card
Fungsi Number Card adalah membantu guru dalam mengajarkan konsep nilai
tempat, operasi bilangan ( penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian).
Number Card diprioritaskan untuk kelas bawah 1,2 dan 3 dalam rangka untuk
memperkenalkan konsep dasar pembelajaran matematika. Number Card terdiri dari landasan angka dan kartu.
Sedangakan alat dan bahan yang diperlukan dalam pembuatan Number Card adalah :
1.
Alternatif bahan
1 : Tryplek/papan, pengait, Spidol warna
2.
Alternatif bahan
2 : Kertas manila , box, spidol warna, lem
3.
Perkakas
: gergaji/gunting
d.
Penggunaan Number Card dalam pembelajaran
Pemanfaatan media pengajaran terlebih Number Card yang dilakukan guru
dengan tidak asal-asalan tetapi harus menggunakan langkah-langkah tertentu
dengan perencanaan yang sistematis. Adapun Langkah-langkah tersebut adalah :
1)
Merumuskan
tujuan pembelajaran dengan memanfaatkan media
2)
Persiapan guru.
Pada fase ini guru memilih dan menetapkan media yang akan dimanfaatkan guna
mencapai tujuan.
3)
Persiapan kelas.
Pada fase ini siswa atau kelas harus mempunyai persiapan, sebelum menerima
pelajaran dengan menggunakan media.
4)
Langkah
penyajian pelajaran dan pemanfaatan media.
5)
Langkah kegiatan
belajar siswa dengan memberi contoh soal beserta penyelesaiannya
6)
Memberikan soal
untuk tugas kelas. Bobot soal tugas kelas “serupa tapi tak sama” dengan contoh
soal
7)
Mengevaluasi
pengajaran
8)
Memberikan soal
tugas atau pekerjaan rumah (PR) yang bobotnya juga harus sama.
e.
Kelemahan
dan Kelebihan Number Card
Dalam setiap metode atau alat yang
digunakan guru dalam proses pembelajaran terdapat beberapa keterbatasan dan
kelebihannya masing sesuia dengan bahan yang akan diajarkan dan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang sesuai dengan standar Isi atau
silabus. Adapun kekurangan dan kelebihan Number
Card antara lain :
1)
Kelemahan
(a)
Hanya dapat
digunakan setelah peserta didik mengetahui konsep angka, berbeda dengan
dekak-dekak yang digunakan secara riel seperti menghitung benda. Jika Number
Card lebih pada penghitungan tanpa praktek dengan benda riil.
(b)
Terbatas pada
materi-materi tertentu misalnya penjumlahan, perkalian, FPB dan
KPK, adapun pengukuran atau geometri dan pengolahan data Number Card tidak
dapat digunakaan.
(c)
Terbatas pada
kelas bawah ( 1,2 &3) dan tidak sesuai dengan kelas atas (4,5 &6)
2)
Kelebihan
(a)
Siswa dapat
memahami lebih cepat karena dilakukan dengan bermain.
(b)
Mudah
digabungkan dengan metode permainan seperti metode Team Theacing, Every One Is Theacher, Demonstrasi dan lain-lain.
(c)
Untuk menguji
kecepatan berfikir dan bertindak
F.
Kerangka Berpikir
Muara kegiatan
pembelajaran di kelas setelah guru menyajikan materi adalah siswa menguasai
kompetensi dasar dalam pembelajaran itu. Sesuai dengan tujuan utama perbaikan
pembelajaran ini agar siswa dapat melakukan operasi hitung penjumlahan dan
pengurangan dengan lebih cepat dan mudah dengan hasil yang benar, maka fokus
kegiatan ini adalah mencari solusi dan berinovasi dalam operasi hitung
penjumlahan dan pengurangan melalui media pembelajaran kartu angka agar hasil belajar meningkat.
Jika guru sudah menjelaskan
langkah-langkah penggunaan media pembelajaran kartu angka dengan benar dan
siswa dengan senang mempraktikannya maka dalam waktu yang lebih singkat akan
dapat menyelesaikan soal. Semakin banyak siswa yang mau menerapkannya dengan
ketelitian dan penghitungan yang cermat akan tampak hasilnya yaitu hasil
belajar siswa meningkat. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai
berikut.
![]() |
Gambar 2.1 Alur Kerangka Berfikir
G.
Hipotesis
Tindakan
Berdasarkan uraian kerangka
teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan perbaikan
pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini adalah diduga penggunaan media pembelajaran kartu angka dapat
meningkatkan hasil belajar Matematika materi penjumlahan dan pengurangan pada siswa
kelas I SD Negeri I Gambirmanis Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri Tahun
Pelajaran 2013/2014.
H. Subjek Penelitian
1.
Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilakukan kepada siswa SD Negeri I Gambirmanis. Tidak semua kelas di jadikan subjek penelitian. Peneliti mengambil tempat
penelitian di kelas I SD Negeri I Gambirmanis ini karena peneliti bertugas di
sekolah ini.
2.
Karakteristik Siswa
Subjek perbaikan
dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas I (satu) SD Negeri I
Gambirmanis yang berjumlah 14 siswa terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 6 siswa
perempuan. Kebanyakan siswa kelas I (Satu) adalah siswa yang cenderung pendiam
dan tidak berani berkesplorasi. Sehingga dalam pembelajaran tidak ditemukan
interaksi yang baik antara guru dan siswanya.
3.
Waktu Penelitian
Penelitian
dilaksanakan pada Semester I tahun pelajaran 2013/2014. Waktu yang dibutuhkan
untuk melakukan Penelitian Tindakan
Kelas ini, mulai dari pengajuan proposal, pengumpulan data, pelaksanaan
tindakan, analisis data dan pembuatan laporan adalah 3 bulan. Dimulai bulan
September 2013 sampai dengan bulan Nopember 2013.
Tabel 3.1
Jadwal
Pelaksanaan Kegiatan
No
|
Jenis
Kegiatan
|
Bulan
|
|||||||||||
September
|
Oktober
|
Nopember
|
|||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1.
|
Penyusunan proposal
|
||||||||||||
2.
|
Pengakajian dan
penyusunan teori
|
||||||||||||
3.
|
Penyusunan instrumen
|
||||||||||||
4.
|
Pelaksanaan Perbaikan
|
||||||||||||
5.
|
Analisis Data dan
pembahasan
|
||||||||||||
6.
|
Penyusunan Laporan Hasil
Penelitian
|
I.
Prosedur Pelaksanaan
Langkah pertama yang dilakukan penelitian adalah menentukan
terlebih dahulu metode penelitian. Pada umumnya metode yang digunakan adalah
metode kualitatif ataupun kuantitatif. Namun dalam penelitian tindakan kelas
ini tidak menggunakan keduanya. Metode penelitian dalam penelitian ini adalah
tindakan kelas yang ditandai adanya siklus. Ada tindakan yang dilakukan
peneliti pada tiap-tiap siklus. Banyaknya siklus dalam penelitian tindakan
kelas ini ada dua yaitu siklus I dan siklus II. Tiap-tiap siklus terdiri dari
empat tahapan yaitu planning, acting,
observing, dan reflecting.
SIKLUS I (dilaksanakan pada 7 Oktober 2013)
1.
Kegiatan Awal (10 menit)
Apersepsi:
a)
Mengisi
daftar kelas dan mengabsen siswa, berdoa, mempersiapkan materi ajar.
b)
Memperingatkan
cara duduk yang baik ketika menulis, membaca.
c)
Guru
menyampaikan kompetensi serta indikator yang diharapkan
2.
Kegiatan Inti (40 menit)
a)
Tahap Perencanaan (Planning)
Hal-hal yang dilakukan guru pada tahap
perencanaan adalah sebagai berikut.
1.
Merancang rencana pembelajaran
2.
Membuat pedoman penskoran untuk
nilai hasil tugas individu
3.
Mempersiapkan kelas untuk pembelajaran
b)
Tahap Tindakan (Acting
)
Pada tahap tindakan (acting), guru akan melaksanakan proses
pembelajaran. Dengan urutan sebagai berikut.
1.
Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang operasi hitung
penjumlahan dan pengurangan
2.
Guru melakukan tanya jawab lisan dengan siswa tentang materi
pembelajaran operasi hitung penjumlahan
dan pengurangan
3.
Siswa dibagi menjadi tiga kelompok terdiri dari 4-5 anak tiap
kelompok
4.
Guru membagikan kartu angka pada tiap kelompok.
5.
Guru memberi rangsangan agar siswa dapat memahami materi
pembelajaran
6.
Guru memberikan soal kepada tiap kelompok
7.
Siswa mengerjakan soal mengunakan kartu angka
8.
Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya
9.
Guru bersama siswa membahas hasil pekerjaan
c)
Tahap Pengamatan (Observing)
Pada tahap pengamatan (observing) guru
melakukan hal-hal sebagai berikut.
1.
Melakukan pengamatan terhadap
pertanyaan siswa tentang kesulitan atau
kekurang pahaman materi yang disampaikan guru.
2.
Melakukan pengamatan terhadap
kerja siswa dengan cara mendekati siswa
secara individu pada saat tanya jawab berlangsung.
d)
Tahap Refleksi (Reflecting)
Pada tahap refleksi (reflecting) guru melakukan analisis
terhadap proses pelaksanaan pembelajaran
3. Kegiatan
akhir (20 menit)
Dalam
kegiatan akhir, guru.
a)
Membuat kesimpulan dari tiap
materi yang disampaikan.
b)
Mengerjakan post tes.
c)
Guru menilai hasil pekerjaan
siswa.
d)
Pemberian PR / tugas.
SIKLUS II (dilaksanakan pada 14 Oktober 2013)
1.
Kegiatan Awal (10 menit)
Apersepsi:
a)
Mengisi
daftar kelas dan mengabsen siswa, berdoa, mempersiapkan materi ajar.
b)
Memperingatkan
cara duduk yang baik ketika menulis, membaca.
c)
Guru
menyampaikan kompetensi serta indikator yang diharapkan
2.
Kegiatan Inti (40 menit)
a)
Tahap Perencanaan (Planning)
Hal-hal yang dilakukan guru pada tahap
perencanaan adalah sebagai berikut.
1.
Merancang rencana pembelajaran
2.
Membuat pedoman penskoran untuk
nilai hasil tugas individu
3.
Mempersiapkan kelas untuk pembelajaran
b)
Tahap Tindakan (Acting
)
Pada tahap tindakan (acting), guru akan melaksanakan proses
pembelajaran. Dengan urutan sebagai berikut.
1.
Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang operasi hitung
penjumlahan dan pengurangan
2.
Guru melakukan tanya jawab lisan dengan siswa tentang materi
pembelajaran operasi hitung penjumlahan
dan pengurangan
3.
Siswa dibagi menjadi tiga kelompok terdiri dari 4-5 anak tiap
kelompok
4.
Guru membagikan kartu angka pada tiap kelompok.
5.
Guru memberi rangsangan agar siswa dapat memahami materi
pembelajaran
6.
Guru memberikan soal kepada tiap kelompok
7.
Siswa mengerjakan soal mengunakan kartu angka
8.
Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya
9.
Guru bersama siswa membahas hasil pekerjaan
c)
Tahap Pengamatan (Observing)
Pada tahap pengamatan (observing) guru
melakukan hal-hal sebagai berikut.
1.
Melakukan pengamatan terhadap
pertanyaan siswa tentang kesulitan atau
kekurang pahaman materi yang disampaikan guru.
2.
Melakukan pengamatan terhadap
kerja siswa dengan cara mendekati siswa
secara individu pada saat tanya jawab berlangsung.
d)
Tahap Refleksi (Reflecting)
Pada tahap refleksi (reflecting) guru melakukan analisis
terhadap proses pelaksanaan pembelajaran
4. Kegiatan
akhir (20 menit)
Dalam
kegiatan akhir, guru.
a)
Membuat kesimpulan dari tiap
materi yang disampaikan.
b)
Mengerjakan post tes.
c)
Guru menilai hasil pekerjaan
siswa.
d)
Pemberian PR / tugas.
J. Teknik Analisis Data
Penelitian pada dasarnya merupakan sebuah
proses yang “berantakan”, dimana tahap-tahap serta proses-proses yang terlibat
tidak sekedar saling mengikuti satu sama lain. Data yang telah dikumpulkan oleh
peneliti tidak dapat dibiarkan begitu saja. Blaxter et. al (2001:291)
dalam “How to Research” mengungkapkan bahwa analisis merupakan sebuah
proses berkelanjutan dalam penelitian, dengan analisis awal menginformasikan
data yang kemudian dikumpulkan. Dalam penelitian, ketika peneliti sudah selesai
dalam mengumpulkan data maka langkah yang selanjutnya adalah menganalisis data
yang telah diperoleh tersebut. Analisis data ini perlu dilakukan karena untuk
mereduksi data menjadi perwujudan yang lebih dapat dipahami dan
diinterpretasikan dengan cara tertentu sehingga hubungan dari masalah
penelitian dapat ditelaah serta diuji (Silalahi, 2006:304). Sehingga dapat
dikatakan pula bahwa data ini perlu dianalisis agar berbagai data yang telah
diperoleh dapat disederhanakan sehingga nantinya akan dapat lebih mudah untuk
dipahami.
Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan
berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara
berulang-ulang sehingga dapat disimpulkan apakah hipotesis dapat diterima atau
ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Bila hipotesis dapat dapat diterima
maka berkembang menjadi teori.
Analisis data dilakukan setelah data
terkumpul, analisis data berupa nilai hasil tes belajar dengan cara mencari
nilai tertinggi, nilai terendah, rata-rata nilai, dan modusnya (nilai yang
paling banyak muncul). Analisis data yang meliputi analisis data nilai tes pada
siklus I, analisis data pada nilai tes siklus II, analisis deskriptif
komparatif antara hasil evaluasi pada kondisi awal dengan siklus I, kemudian
antara hasil evaluasi siklus I dengan siklus II serta analisis deskriptif
komparatif antara hasil evaluasi antara kondisi awal dan dengan siklus II.
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan
Pembelajaran. Yogyakarta
Ar Ruz Media
Departemen
Pendidikan Nasional. 2004. Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan
Menengah Direktorat Tenaga
Kependidikan. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan
Kontekstual. Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah. Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan
Menengah Direktorat Tenaga
Kependidikan. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Dalam Menunjang
Kecakapan Hidup Siswa.
Jakarta.
Ki
HBS Fudyartanto. 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,
Yogyakarta : Global Pustaka Utama
Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi
Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. Badan Standar Nasional
Pendidikan ; Jakarta
Sudjana D. 2004. Pendidikan Non Formal, Wawasan Sejarah
Perkembangan,
Filsafat, Teori Pendukung, Azas. Bandung, Falah
Production.
http://educationstudentsmart.blogspot.com/ Diakses 10 Oktober 2013 jam 01.53pm
Komentar1
Cocok nih buat guru sekolah dasar. :D
BalasHapusSilahkan memberi komentar yang positif dan membangun. Terima kasih!