BUWpBUWoBSWiBUG8GSd0TSAlGd==

Contoh Proposal PTK Sekolah Dasar

Contoh Proposal PTK 
PENGGUNAAN MEDIA KARTU ANGKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN  KELAS I SD NEGERI I GAMBIRMANIS
KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI
  
Oleh
JUMINEM

Pesan Laporan PTK / PTS Klik Di sini 

A.      Latar belakang
       Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik ( siswa ) yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik ( siswa ) dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien. Pembelajaran dipandang sebagai sistem mengandung pengertian bahwa pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir, antara lain berupa tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, serta tindak lanjut pembelajaran. Namun apabila pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan serangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar, yang meliputi mulai merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) beserta perangkat kelengkapannya, melaksanakan pembelajaran, melaksanakan evaluasi dan analisis hasil evaluasi, serta melaksanakan tindak lanjut pembelajaran yang berupa pengayaan ( enrichment ) atau perbaikan ( remedial teaching ) (Pedoman Penilaian di Sekolah Dasar, Kurikulum 2004, 2004:316).
         Proses belajar-mengajar atau proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan. Kurikulum dapat diartikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan pendidikan pada hakekatnya berfungsi untuk mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku, baik secara intelektual, moral, maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur guru dalam proses pembelajaran.
          Pembelajaran di Sekolah Dasar akan lebih efektif, menarik, dan menyenangkan apabila memanfaatkan berbagai media dan metode secara bervariasi. Pembelajaran yang bervariasi bertujuan agar menimbulkan minat dan motivasi belajar peserta didik terhadap semua mata pelajaran di sekolah.  Dengan motivasi belajar yang tinggi maka hasil belajar akan berkualitas sehingga mutu pendidikan akan meningkat. Namun demikian kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar, berdasarkan pengamatan dan informasi dari berbagai pihak masih banyak yang bersifat konvensional. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran masih cenderung pada metode ceramah, dan kurang memanfaatkan media. Oleh karena itu hasil belajar masih kurang optimal.
Matematika merupakan bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran yang sebelumnya sudah diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas. Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen, sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan. Tujuan pembelajaran matematika adalah untuk melatih cara berfikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten. (Depdiknas, 2005).
Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika seperti yang tertuang dalam KTSP tersebut, disusunlah Standar Kompetensi Matematika. Dalam Standar Kompetensi Matematika tersebut memuat berbagai kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Dengan menguasai kompetensi dasar dalam pembelajaran matematika diharapkan agar siswa dapat berfikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif, konsisten, berfikir abstrak, dan berkomunikasi menggunakan simbol, tabel, grafik, diagram, dan dapat menggunakan matematika dalam pemecahan masalah, yang dikembangkan melalui pembelajaran yang bertahap dan berkesinambungan.
Memperhatikan pengertian, fungsi, dan tujuan pembelajaran matematika seperti yang diuraikan di atas, maka seorang guru yang profesional dituntut dapat merancang, menyusun, melaksanakan, mengevaluasi, dan melaksanakan tindak lanjut suatu proses pembelajaran sehingga siswa dapat menguasai sejumlah kompetensi dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Guru dituntut dapat mengembangkan pembelajaran yang bertahap dan berkesinambungan disesuaikan dengan karakteristik pertumbuhan, perkembangan dan kematangan siswa sekolah dasar. Langkah nyata kegiatan guru dalam melaksanakan tugas profesinya tersebut adalah dengan merancang, menyusun, dan melaksanakan Rencana Pembelajaran serta menindaklanjuti hasil pembelajaran yang dilaksanakan.
       Pembelajaran di sekolah dasar yang kurang menarik  akan membosankan siswa. Apalagi dalam pembelajaran Matematika, hampir sebagian besar peserta didik merasa takut dan menganggap pelajaran yang  paling sulit. Hal ini dapat  dilihat dari rendahnya hasil pembelajaran Matematika semester satu  kelas I  Sekolah Dasar Negeri I Gambirmanis pada materi penjumlahan dan pengurangan.  Peserta didik kurang termotivasi dalam pembelajaran  terbukti dengan banyaknya peserta didik yang tidak memperhatikan penjelasan guru, peserta didik bercerita ketika kegiatan pembelajaran, dan peserta didik malas mengerjakan latihan. Berdasakan hasil tugas  peserta didik terhadap materi penjumlahan dan pengurangan, sebagian besar peserta didik mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal. Hal ini terbukti  dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan metode ceramah, dalam materi penjumlahan dan pengurangan ternyata hasil belajar peserta didik yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan sekolah yaitu 70, hanya 3 peserta didik (21,43%)  dari jumlah peserta didik sebanyak 14 siswa. Sedangkan  11 peserta didik (78,57%) masih tidak mencapai KKM yang ditentukan.
        Berdasarkan kondisi di atas, guru kelas dengan mendapatkan masukan dan  informasi dari berbagai pihak menentukan model pembelajaran  baru agar hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Matematika meningkat. Media yang dipilih adalah  kartu angka. Pembelajaran dengan media kartu angka ini dipilih oleh guru kelas untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi peserta didik. Pembelajaran dengan memanfaatkan kartu angka  ini agar dapat meningkatkan hasil belajar  Matematika bagi peserta didik kelas I Sekolah Dasar. Hasil belajar peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini diharapkan mencapai KKM yang ditentukan yaitu 70, serta rata-rata kelas yang dicapai meningkat dari hasil sebelumnya.
1.      Identifikasi Masalah
      Identifikasi masalah yang diperhatikan dalam  upaya perbaikan pembelajaran agar lebih menarik dan meningkatkan hasil belajar peserta didik adalah sebagai berikut.
a.    Hasil belajar peserta didik kelas I dalam pembelajaran Matematika masih rendah.  
b.    Kurangnya motivasi siswa kelas I SD Negeri I Gambirmanis dalam mengikuti pembelajaran Matematika.
c.    Proses pembelajaran Matematika kurang berlangsung optimal.
d.   Siswa cenderung malas dalam mengerjakan soal.
e.    Pembelajaran berlansung membosankan
2.      Analisis Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka dapat idtentukan sebab-sebab terjadinya masalah sebagai berikut:
a.       Pembelajaran masih menggunakan model biasa seperti ceramah dan tanya jawab
b.      Metode yang diterapkan guru belum sesuai
c.       Siswa tidak termotivasi untuk belajar
d.      Guru tidak melibatkan siswa
e.       Kreativitas guru dalam pembelajaran masih kurang
3.    Alternatif Pemecahan Masalah 
    Untuk memecahkan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka akan dilakukan tindakan berupa penggunaan media kartu angka untuk meningkatkan hasil belajar siswa materi penjumlahan dan pengurangan di kelas I SD Negeri I Gambirmanis Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri. 

B.  Perumusan Masalah
    Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut: 
1.      Bagaimanakah proses pembelajaran Matematika pada siswa kelas I SD Negeri I Gambirmanis Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri?
2.      Bagaimakah upaya peningkatan hasil belajar Matematika materi penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas I SD Negeri I Gambimanis Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014?

C.  Tujuan Penelitian
   Penelitian ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan minat anak terhadap mata pelajaran Matematika. Secara khusus perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.
1.      Untuk mengetahui proses pembelajaran Matematika pada siswa kelas I SD Negeri I Gambirmanis Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri?
2.      Bagaimakah upaya peningkatan hasil belajar Matematika materi penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas I SD Negeri I Gambimanis Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014?

D.  Manfaat Penelitian
Penelitian yang baik harus melahirkan suatu manfaat. Tidak menjadi persoalan apakah manfaat yang dihasilkan itu manfaat praktis dan berjangka pendek ataupun manfaat secara teoritis dan hanya bisa dilihat wujudnya di masa depan. Demikian pula dengan penelitian perbaikan pembelajaran ini. Setelah memnggunakan media kartu angka, secara umum dapat bermanfaat bagi:
1.    Siswa
        Manfaat perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini bagi siswa adalah:
a.         Meningkatnya minat terhadap mata pelajaran Matematika
b.        Meningkatnya keaktifan sisawa dalam proses pembelajaran mata pelajaaran Matematika.
c.         Meningkatnya nilai hasil ulangan siswa pada mata pelajaran Matematika.
2.      Guru
Manfaat perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini bagi guru adalah:
a.         Memperbaiki kinerja guru dalam proses pembelajaran di kelas.
b.        Meningkatkan profesinalismenya dalam mengelola pembelajaran  di kelas.
c.         Meningkatkan rasa percaya diri guru.
d.        Mendapat kesempatan untuk berperan aktif dan berinovasi dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri
3.    Sekolah
Manfaat perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini bagi sekolah adalah:
a.    Meningkatkan kualitas mutu pendidikan sekolah.
b.    Memberikan masukan yang positif bagi kemajuan sekolah.
c.    Memberikan kontribusi yang baik dalam peningkatan proses belajar mmengajar untuk semua mata pelajaran
4.    Pendidikan
       Manfaat perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini bagi pendidikan adalah:
a.         Memberikan masukan bagi kebijakan yang akan diambil guna peningkatan mutu pendidikan.
b.        Sebagai bahan kajian untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut tentang perbaikan pembelajaran guna meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. 

E.       Landasan Teori
1.      Tinjauan tentang Hasil Belajar
a.    Hakekat Belajar
     Hamalik (2009: 27) mengemukakan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Artinya, belajar merupakan proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.
    Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Di dalam interaksi  inilah terjadi serangkaian pengalaman-pengalaman belajar. William Burton (Hamalik, 2009: 28) menyatakan  “A good learning situation consist of a rich and varied series of learning experiences unified around a vigorous purpose and carried on in interaction with a rich, varied an propocative environment.”
    Inti dari dua pengertian di atas menyatakan bahwa belajar adalah perubahan prilaku individu. Perubahan prilaku bisa  dengan memperteguh kelakuan melalui pengalaman ataupun dengan interaksi dengan lingkungan.  Pengalaman adalah sebagai sumber pengetahuan dan keterampilan, bersifat pendidikan, yang merupakan satu kesatuan di sekitar tujuan murid, pengalaman pendidikan bersifat kontinu dan interaktif, membantu integrasi pribadi murid.
Tidak semua perubahan prilaku dikategorikan sebagai akibat dari pendidikan. Hamalik (2009: 28) menyimpulkan pengertian-pengertian belajar sebagai berikut.
1)             Situasi belajar harus bertujuan dan tujuan-tujuan itu diterima baik oleh masyarakat. Tujuan merupakan salahsatu aspek dari situasi belajar.
2)             Tujuan dan maksud belajar timbul dari kehidupan anak sendiri.
3)             Di dalam mencapai tujuan itu, murid senantiasa akan menemui kesulitan,  rintangan, dan situasi-situasi yang tidak menyenangkan.
4)             Hasil belajar yang utama ialah pola tingkah laku yang bulat.
5)             Proses belajar terutama mengerjakan hal-hal yang sebenarnya. Belajar apa yang diperbuat dan mengerjakan apa yang dipelajari.
6)             Kegiatan-kegiatan dan hasil-hasil belajar dipersatukan dan dihubungkan dengan tujuan dalam situasi belajar.
7)             Murid memberikan reaksi secara keseluruhan.
8)             Murid mereaksi sesuatu aspek dari lingkungan yang bermakna baginya.
9)             Murid diarahakan dan dibantu oleh orang-orang yang dalam lingkungan itu.
10)         Murid-murid dibawa/diarahkan ke tujuan-tujuan lain, baik yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan tujuan utama dalam situasi belajar.
      Bukti bahwa seseorang telah belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek.
     Hasil belajar akan tampak pada setiap aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek tersebut adalah:
1)  Pengetahuan,
2)  Pengertian,
3)  Ketarampilan,
4)  Apresiasi,
5)  Emosional,
6)  Hubungan sosial,
7)  Jasmani,
8)  Etis atau budi pekerti, dan
9)  Sikap(Hamalik, 2009: 30)
      Para ahli berbeda pandangan tentang hakikat belajar, tergantung sejauh mana mereka meyakini tentang hakikat manusia atau siswa. Berbicara tentang siswa, maka sebenarnya membicarakan kontribusi Psikologi terhadap ilmu pendidikan. Psikologi memberikan landasan dan kontribusi yang signifikan dalam memahami siswa. Menurut Natawidjaja, beberapa teori yang penting dan sangat berperan dalam praksis pendidikan ada enam teori, yaitu : teori kognitif, teori sosiokultural, teori operant conditioning, teori intelegent jamak, teori perkembangan moral dan teori kontruktivisme. Witherington (1952:165) dalam Sukmadinata (2007:68) belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru yang berbentuk keterampilam, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan. Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh Crow and Crow dan Hilgard dalam Sukmadinata (2007:151), menurut mereka belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru. Sedangkan menurut Hilgard, belajar adalah suatu proses dimana suatu prilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap suatu situasi.  
    Pengertian-pengertian di atas menyimpulkan bahwa pengertian belajar yang dikemukakan tersebut berasal dari Teori Behaviorisme. Behavioran meyakini bahwa individu menguasai lebih dari sekedar yang diperlihatkan oleh prilakunya. Selanjutnya mereka menyatakan bahwa manusia adalah organisme yang mempunyai kemampuan berfikir, ia dapat mengarahkan diri, dapat menghayati keadaan orang lain, dapat menggunakan simbol-simbol dan dapat mengatur dirinya sendiri. (Sukmadinata, 2007 :157).
      Teori Kognitif Piaget berasumsi bahwa dalam proses pembelajaran, teori psikologi kognitif terfokus pada proses berfikir yang melatarbelakangi perilaku dan apa yang terjadi dalam pemikiran pelajar. Memanfaatkan skema (struktur internal pengetahuan) sebagai hasil dari percontohan, analogi, metafora, dan tutorial. ( Natawijaya, 2007:68).
   Menurut Piaget, belajar adalah adaptasi yang bersifat holistik dan bermakna yang datang dari dalam diri seseorang terhadap situasi baru sehingga mengalami perubahan yang relatif permanen. Ia percaya bahwa sebelum perubahan itu terjadi terlebih dahulu harus ada kesiapan  (readiness) dan kematangan dari dalam diri anak. Pengetahuan tidak  diperoleh dengan cara dialihkan dari orang lain, merupakan sesuatu yang dibangun dan diciptakan oleh anak sendiri. Anak adalah pembelajar aktif dan memiliki struktur psikologis yang mengendalikan perilaku belajarnya.  (Sukmadinata, 2007 :246). 
    Seorang anak akan belajar dengan giat dan dia dapat menjawab semua pertanyaan dalam ulangan atau ujian, jika guru memberikan penghargaan kepada anak tersebut dengan nilai tinggi, pujian atau hadiah. Teori ini dikenal dengan teori penguatan atau  operant conditioning dari Skinner yang merupakan pengembangan dari teori koneksionisme dari Thorndike. (Sukmadinata, 2007: 169).
     Gardner menjelaskan bahwa intelegnsi itu tidak tunggal, melainkan jamak, yang keseluruhan intelegensi itu dapat dimiliki secara merata oleh seorang individu. Menurut Gardner, intelegensi jamak itu mencaku tujuh intelegensi, yaitu: 
1)                 Intelegensi musikal (musical intelligence).
2)                 Intelegensi badaniah (bodily-kinesthetic intelligence).
3)                 Intelegensi logic-matematik (logical-mathematical intelligence).
4)                 Intelegensi berbahasa(linguistic intelligence).
5)                 Intelegensi ruang (spatial intelligence).
6)                 intelegensi antar-pribadi (inter-personal intelligence).
7)                 Intelegensi intra-pribadi (intra-personal intelligence).
8)                 Intelegensi naturalis (naturalist intelligence).
9)                 Intelegensi spiritual (spiritual intelligence) (Natawidjaja, 2007: 73)
           Berbeda dengan intelegensi jamak, konstruktivisme memandang bahwa siswa membina sendiri pengetahuan atau konsep secara aktif berdasarkan pengetahuan dan pengelaman yang ada. Dalam proses ini, siswa akan menyesuaikan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan yang ada untuk membina pengetahuan yang baru. (Isjoni, 2007: 31)
           Begitu juga menurut Sukmadinata (2007:247), Konstruktivisme adalah suatu teori tentang pemerolehan pengetahuan. Dalam  hubungannya dengan pembelajaran, teori ini berpandangan bahwa dalam proses pembelajaran, siswa membangun persepsinya sendiri tentang dunia melalui pengalaman, struktur mental, dan keyakinan yang digunakan untuk menafsirkan obyek dan kejadian. Dalam peneltitian ini, belajar diartikan sebagimana ditulis Surya (2004:10) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan prilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 
b.    Hasil Belajar
          Keller dalam Mulyono Abdurrahman (2003:39) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh anak sedangkan usaha adalah perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar.  Ini berarti bahwa besarnya usaha adalah indikator dari adanya motivasi; sedangkan hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dilakukan oleh anak.
          Hasil belajar menurut Sudjono (2000:22) merupakan suatu kompetensi atas kecakapan yang dapat  dicapai siswa setelah melalui proses kegiatan pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru disuatu sekolah dan kelas tertentu. Kompetensi yang dicapai oleh siswa dan kegiatan pembelajaran tersebut menurut Uolin. S. Winata Putra  (2003:2.19) akan mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Belajar menurut Abdilah (2002:66) dalam  Abdurrahman (2009:35), adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.
          Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan Belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan untuk mencapai tujuan tertentu. Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam berarti kecakapan atau kemampuan yang harus dicapai oleh siswa setelah melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan guru dalam mata pelajaran tertentu, yaitu Matematika.
       Hasil Belajar Matematika yaitu suatu hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik dalam mata pelajaran Matematika setelah mengikuti kegiatan proses belajar mengajar pada mata pelajaran Matematika dalam kurun waktu tertentu dan program tertentu. Kurun waktu yang digunakan untuk penelitian tindakan kelas ini adalah dua minggu sesuai jumlah siklus yang dilaksanakan, yang masing-masing siklus dilaksanakan selama seminggu. Tindakan-tindakan dalam siklus tersebut dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2013/2014. Sedangkan materi pelajaran yang dijadikan penelitian tindakan kelas ini adalah materi pelajaran Matematika kelas VI dengan materi luas dan volume lingkaran . Hasil belajar tersebut berupa kemampuan-kemampuan baru yang meliputi pola perbuatan, nilai, sikap, kecakapan, keterampilan, yang berguna untuk mengatasi permasalahan dalam mata pelajaran Matematika khususnya dan permasalahan mata pelajaran lain pada umumnya. Bukti bahwa peserta didik telah menguasai kemampuan-kemampuan baru dinyatakan dalam angka- angka. Makin tinggi nilai yang diperoleh peserta didik artinya makin tinggi pula kemampuan yang dimilikinya. Penilaian berbasis kelas menggamarkan pengertian penilaian sebagai ”Assessment” yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh dan mengefektifkan informasi tentang hasil belajar siswa pada tingkat kelas selama dan setelah kegiatan belajar mengajar (Tim Khusus, 2008: 186).
2.      Tinjauan tentang Pembelajaran Matematika
a.       Hakekat Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar   
    Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat di antara matematikawan, apa yang dimaksud matematika. Namun penulis mencoba mengungkap beberapa pendapat para ahli tentang matematika. Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani mathein atau manthenein yang artinya mempelajari.  Menurut Rusenffendi (1989:23) menyatakan bahwa matematika terorganisasi  dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil. Walaupun tidak terdapat satu pengertian matematika mempunyai ciri khusus atau karakteristik yang dapat merangkum pengertian matematika. Beberapa karakteristik itu adalah: 1) memiliki obyek abstrak, 2) bertumpu pada kesepakatan, 3) berpola pikir deduktif, 4) memiliki symbol yang kosong dari arti, 5) memperhatikan semesta pembicaraan dan 6) konsisten dalam sistemnya.
    Matematika yang diajarkan di jenjang pendidikan  persekolahan yaitu SD, SMP, dan SMU disebut matematika sekolah. Matematika Sekolah adalah unsur-unsur atau bagian-bagian dari matematika yang dipilih berdasarkan atau berorientasi pada kepentingan pendidikan dan perkembangan intelektual siswa serta perkembangan IPTEK.  Matematika yang dipilih adalah matematika yang dapat menata nalar, membentuk kepribadian, menanamkan nilai-nilai, memecahkan masalah, dan melakukan tugas tertentu.
       Belajar matematika merupakan tentang konsep-konsep dan struktur abstrak yang terdapat dalam matematika serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur matematika. Belajar matematika harus melalui proses yang bertahan dari konsep yang sederhana ke konsep yang lebih kompleks. Setiap konsep matematika dapat dipahami dengan baik jika pertama-tama disajikan dalam bentuk konkrit. Russeffendi (1992:87) mengungkapkan bahwa alat peraga adalah alat untuk menerangkan/ mewujudkan konsep matematika sehingga materi pelajaran yang disajikan mudah dipahami oleh siswa.
       Salah satu dari Standar Kompetensi Lulusan SD pada mata pelajaran matematika yaitu, memahami konsep bilangan pecahan, perbandingan dalam pemecahan masalah, serta penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari Depdiknas 2006. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa pemahaman guru tentang hakekat pembelajaran matematika di SD dapat merancang pelaksanaan proses pembelajaran dengan baik yang sesuai dengan perkembanagan kognitif siswa, penggunaan media, metode dan pendekatan yang sesuai pula. Sehingga guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif serta terselenggaranya kegiatan pembelajaran yang efektif.
b.      Tujuan Pembelajaran Matematika     
       Tujuan pembelajaran matematika di SD dapat dilihat di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan 2006 SD. Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut, (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algortima, secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirikan solusi yang diperoleh, (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika sifat-sifat ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
          Selain tujuan umum yang menekankan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta memberikan tekanan pada ketrampilan dalam penerapan matematika juga memuat tujuan khusus matematika SD yaitu: (1) menumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan sehari-hari, (2) menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika, (3) mengembangkan kemampuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut, (4) membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.                      
c.       Ruang Lingkup Materi Matematika Sekolah Dasar
       Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan sekolah dasar meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) bilangan, (2) geomteri, (3) pengolahan data Depdiknas, 2006. Cakupan bilangan antara lain bilangan dan angka, perhitungan dan perkiraan. Cakupan geometri antara lain bangun dua dimensi, tiga dimensi, tranformasi dan simetri, lokasi dan susunan berkaitan dengan koordinat. Cakupan pengukuran berkaitan dengan perbandingan kuantitas suaru obyek, penggunaan satuan ukuran dan pengukuran.

3.      Media Pembelajaran Kartu Angka
a.                              Pengertian  Media Pembelajaran
        Media berasal dari bahasa Latin “media” dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Sedangkan media pembelajaran adalah wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Dengan media, siswa akan mendapatkan pengetahuan aplikatif dan mudah untuk difahami . Media dalam pembelajaran terdapat banyak sekali komponen diantaranya media sebagai alat bantu atau alat peraga. Alat peraga diartikan sebagai alat bantu untuk menyampaikan  pelajaran atau  mendidik agar dimengerti siswa.Penggunaan alat peraga pengajaran tidak terlepas dari prinsip dan kriteria pemilihan yaitu adanya kejelasan dan keteguhan tujuan pemilihan, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
b.                              Kartu Angka (Number Card) sebagai Alat Peraga
     Number Card merupakan istilah dari bahasa inggris yaitu Number dan Card.  Number  diartikan sebagai angka, jumlah. Sedangkan Card diartikan sebagai kartu, kartu main. Yang dimaksud dengan Number Card adalah kartu yang bertuliskan angka-angka bilangan cacah dengan jumlah sesuai kebutuhan pengguna yang dibantu dengan sebuah papan landasan untuk menempel atau penggantungkan angka-angka yang telah terpilih. Number Card sebagai alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran matematika sehingga mempermudah guru dalam penyampaian materi, misalnya dalam mengurutkan angka terbesar dan terkecil, perkalian dan pembagian.
c.                              Fungsi,  Alat  dan Cara Pembuatan  Number Card
      Fungsi Number Card adalah membantu guru dalam mengajarkan konsep nilai tempat, operasi bilangan ( penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian). Number Card diprioritaskan untuk kelas bawah 1,2 dan 3 dalam rangka untuk memperkenalkan konsep dasar pembelajaran  matematika. Number Card terdiri dari landasan  angka dan kartu. Sedangakan  alat dan bahan  yang diperlukan dalam pembuatan Number Card adalah :
1.      Alternatif bahan 1     : Tryplek/papan,  pengait, Spidol warna
2.      Alternatif bahan 2     : Kertas manila , box, spidol warna, lem
3.      Perkakas                     : gergaji/gunting
d.                             Penggunaan Number Card dalam pembelajaran
    Pemanfaatan media pengajaran terlebih Number Card  yang dilakukan guru dengan tidak asal-asalan tetapi harus menggunakan langkah-langkah tertentu dengan perencanaan yang sistematis. Adapun Langkah-langkah tersebut adalah :
1)      Merumuskan tujuan pembelajaran dengan memanfaatkan media
2)      Persiapan guru. Pada fase ini guru memilih dan menetapkan media yang akan dimanfaatkan guna mencapai tujuan.
3)      Persiapan kelas. Pada fase ini siswa atau kelas harus mempunyai persiapan, sebelum menerima pelajaran dengan menggunakan media.
4)      Langkah penyajian pelajaran dan pemanfaatan media.
5)      Langkah kegiatan belajar siswa dengan memberi contoh soal beserta penyelesaiannya
6)      Memberikan soal untuk tugas kelas. Bobot soal tugas kelas “serupa tapi tak sama” dengan contoh soal
7)      Mengevaluasi pengajaran
8)      Memberikan soal tugas atau pekerjaan rumah (PR) yang bobotnya juga harus sama.
e.                              Kelemahan dan  Kelebihan Number Card
         Dalam setiap metode atau alat yang digunakan guru dalam proses pembelajaran terdapat beberapa keterbatasan dan kelebihannya masing sesuia dengan bahan yang akan diajarkan dan Standar Kompetensi dan  Kompetensi Dasar yang sesuai dengan standar Isi atau silabus. Adapun kekurangan dan kelebihan Number Card antara lain :
1)                                                                                                                                                     Kelemahan
(a)     Hanya dapat digunakan setelah peserta didik mengetahui konsep angka, berbeda dengan dekak-dekak yang digunakan secara riel seperti menghitung benda. Jika Number Card  lebih pada penghitungan tanpa praktek dengan benda riil.
(b)    Terbatas pada materi-materi tertentu  misalnya penjumlahan,  perkalian, FPB dan KPK, adapun pengukuran atau geometri dan pengolahan data Number Card tidak dapat digunakaan.
(c)     Terbatas pada kelas bawah ( 1,2 &3) dan tidak sesuai dengan kelas atas (4,5 &6)
2)                                                                                                                                                     Kelebihan
(a)    Siswa dapat memahami lebih cepat karena dilakukan dengan bermain.
(b)   Mudah digabungkan dengan metode permainan seperti metode Team Theacing, Every One Is Theacher, Demonstrasi dan lain-lain.
(c)    Untuk menguji kecepatan berfikir dan bertindak
F.     Kerangka Berpikir
        Muara kegiatan pembelajaran di kelas setelah guru menyajikan materi adalah siswa menguasai kompetensi dasar dalam pembelajaran itu. Sesuai dengan tujuan utama perbaikan pembelajaran ini agar siswa dapat melakukan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan dengan lebih cepat dan mudah dengan hasil yang benar, maka fokus kegiatan ini adalah mencari solusi dan berinovasi dalam operasi hitung penjumlahan dan pengurangan melalui media pembelajaran kartu angka agar hasil belajar meningkat.
       Jika guru sudah menjelaskan langkah-langkah penggunaan media pembelajaran kartu angka dengan benar dan siswa dengan senang mempraktikannya maka dalam waktu yang lebih singkat akan dapat menyelesaikan soal. Semakin banyak siswa yang mau menerapkannya dengan ketelitian dan penghitungan yang cermat akan tampak hasilnya yaitu hasil belajar siswa meningkat. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut.


 










Gambar 2.1 Alur Kerangka Berfikir

G.      Hipotesis Tindakan
     Berdasarkan uraian kerangka teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini adalah diduga penggunaan media pembelajaran kartu angka  dapat meningkatkan hasil belajar Matematika  materi penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas I SD Negeri I Gambirmanis Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2013/2014.


H.  Subjek Penelitian
1.        Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilakukan kepada siswa SD Negeri I Gambirmanis. Tidak semua kelas di jadikan subjek penelitian. Peneliti mengambil tempat penelitian di kelas I SD Negeri I Gambirmanis ini karena peneliti bertugas di sekolah ini. 
2.        Karakteristik Siswa
      Subjek perbaikan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas I (satu) SD Negeri I Gambirmanis yang berjumlah 14 siswa terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan. Kebanyakan siswa kelas I (Satu) adalah siswa yang cenderung pendiam dan tidak berani berkesplorasi. Sehingga dalam pembelajaran tidak ditemukan interaksi yang baik antara guru dan siswanya.
3.        Waktu Penelitian
            Penelitian dilaksanakan pada Semester I tahun pelajaran 2013/2014. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan  Penelitian Tindakan Kelas ini, mulai dari pengajuan proposal, pengumpulan data, pelaksanaan tindakan, analisis data dan pembuatan laporan adalah 3 bulan. Dimulai bulan September 2013 sampai dengan bulan Nopember 2013.
      Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
No
Jenis Kegiatan
Bulan
September
Oktober
Nopember
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1.
Penyusunan proposal












2.
Pengakajian dan penyusunan teori












3.
Penyusunan instrumen












4.
Pelaksanaan Perbaikan












5.
Analisis Data dan pembahasan












6.
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian













I.     Prosedur Pelaksanaan
Langkah pertama yang dilakukan penelitian adalah menentukan terlebih dahulu metode penelitian. Pada umumnya metode yang digunakan adalah metode kualitatif ataupun kuantitatif. Namun dalam penelitian tindakan kelas ini tidak menggunakan keduanya. Metode penelitian dalam penelitian ini adalah tindakan kelas yang ditandai adanya siklus. Ada tindakan yang dilakukan peneliti pada tiap-tiap siklus. Banyaknya siklus dalam penelitian tindakan kelas ini ada dua yaitu siklus I dan siklus II. Tiap-tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu planning, acting, observing, dan reflecting.
SIKLUS I (dilaksanakan pada 7 Oktober 2013)
1.      Kegiatan Awal (10 menit)
Apersepsi:
a)         Mengisi daftar kelas dan mengabsen siswa, berdoa, mempersiapkan materi ajar.
b)        Memperingatkan cara duduk yang baik ketika menulis, membaca.
c)         Guru menyampaikan kompetensi serta indikator yang diharapkan
2.      Kegiatan Inti (40 menit)
a)      Tahap Perencanaan (Planning)
Hal-hal yang dilakukan guru pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut.
1.        Merancang rencana pembelajaran
2.        Membuat pedoman penskoran untuk nilai hasil tugas individu
3.        Mempersiapkan  kelas untuk pembelajaran
b)      Tahap Tindakan (Acting )
Pada tahap tindakan (acting), guru akan melaksanakan proses pembelajaran.  Dengan urutan sebagai berikut.
1.        Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang operasi hitung penjumlahan dan pengurangan
2.        Guru melakukan tanya jawab lisan dengan siswa tentang materi pembelajaran  operasi hitung penjumlahan dan pengurangan
3.        Siswa dibagi menjadi tiga kelompok terdiri dari 4-5 anak tiap kelompok
4.        Guru membagikan kartu angka pada tiap kelompok.
5.        Guru memberi rangsangan agar siswa dapat memahami materi pembelajaran
6.        Guru memberikan soal kepada tiap kelompok
7.        Siswa mengerjakan soal mengunakan kartu angka
8.        Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya
9.        Guru bersama siswa membahas hasil pekerjaan
c)      Tahap Pengamatan (Observing)
Pada tahap pengamatan (observing) guru melakukan hal-hal sebagai berikut.
1.        Melakukan pengamatan terhadap pertanyaan siswa tentang kesulitan atau   kekurang pahaman materi yang disampaikan guru.
2.        Melakukan pengamatan terhadap kerja siswa dengan cara mendekati  siswa secara individu pada saat tanya jawab berlangsung.
d)     Tahap Refleksi (Reflecting)
Pada tahap refleksi (reflecting) guru melakukan analisis terhadap proses pelaksanaan pembelajaran
3.   Kegiatan akhir (20 menit)
Dalam kegiatan akhir, guru.
a)        Membuat kesimpulan dari tiap materi yang disampaikan.
b)        Mengerjakan post tes.
c)        Guru menilai hasil pekerjaan siswa.
d)       Pemberian PR / tugas.
SIKLUS II (dilaksanakan pada 14 Oktober 2013)
1.      Kegiatan Awal (10 menit)
Apersepsi:
a)      Mengisi daftar kelas dan mengabsen siswa, berdoa, mempersiapkan materi ajar.
b)        Memperingatkan cara duduk yang baik ketika menulis, membaca.
c)         Guru menyampaikan kompetensi serta indikator yang diharapkan
2.      Kegiatan Inti (40 menit)
a)      Tahap Perencanaan (Planning)
Hal-hal yang dilakukan guru pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut.
1.      Merancang rencana pembelajaran
2.       Membuat pedoman penskoran untuk nilai hasil tugas individu
3.       Mempersiapkan  kelas untuk pembelajaran
b)      Tahap Tindakan (Acting )
Pada tahap tindakan (acting), guru akan melaksanakan proses pembelajaran.  Dengan urutan sebagai berikut.
1.        Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang operasi hitung penjumlahan dan pengurangan
2.        Guru melakukan tanya jawab lisan dengan siswa tentang materi pembelajaran  operasi hitung penjumlahan dan pengurangan
3.        Siswa dibagi menjadi tiga kelompok terdiri dari 4-5 anak tiap kelompok
4.        Guru membagikan kartu angka pada tiap kelompok.
5.        Guru memberi rangsangan agar siswa dapat memahami materi pembelajaran
6.        Guru memberikan soal kepada tiap kelompok
7.        Siswa mengerjakan soal mengunakan kartu angka
8.        Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya
9.        Guru bersama siswa membahas hasil pekerjaan
c)      Tahap Pengamatan (Observing)
Pada tahap pengamatan (observing) guru melakukan hal-hal sebagai berikut.
1.      Melakukan pengamatan terhadap pertanyaan siswa tentang kesulitan atau   kekurang pahaman materi yang disampaikan guru.
2.      Melakukan pengamatan terhadap kerja siswa dengan cara mendekati  siswa secara individu pada saat tanya jawab berlangsung.
d)     Tahap Refleksi (Reflecting)
Pada tahap refleksi (reflecting) guru melakukan analisis terhadap proses pelaksanaan pembelajaran
4.   Kegiatan akhir (20 menit)
Dalam kegiatan akhir, guru.
a)      Membuat kesimpulan dari tiap materi yang disampaikan.
b)        Mengerjakan post tes.
c)        Guru menilai hasil pekerjaan siswa.
d)       Pemberian PR / tugas.


J.    Teknik Analisis Data
      Penelitian pada dasarnya merupakan sebuah proses yang “berantakan”, dimana tahap-tahap serta proses-proses yang terlibat tidak sekedar saling mengikuti satu sama lain. Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti tidak dapat dibiarkan begitu saja. Blaxter et. al (2001:291) dalam “How to Research” mengungkapkan bahwa analisis merupakan sebuah proses berkelanjutan dalam penelitian, dengan analisis awal menginformasikan data yang kemudian dikumpulkan. Dalam penelitian, ketika peneliti sudah selesai dalam mengumpulkan data maka langkah yang selanjutnya adalah menganalisis data yang telah diperoleh tersebut. Analisis data ini perlu dilakukan karena untuk mereduksi data menjadi perwujudan yang lebih dapat dipahami dan diinterpretasikan dengan cara tertentu sehingga hubungan dari masalah penelitian dapat ditelaah serta diuji (Silalahi, 2006:304). Sehingga dapat dikatakan pula bahwa data ini perlu dianalisis agar berbagai data yang telah diperoleh dapat disederhanakan sehingga nantinya akan dapat lebih mudah untuk dipahami.
     Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga dapat disimpulkan apakah hipotesis dapat diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Bila hipotesis dapat dapat diterima maka berkembang menjadi teori.
         Analisis data dilakukan setelah data terkumpul, analisis data berupa nilai hasil tes belajar dengan cara mencari nilai tertinggi, nilai terendah, rata-rata nilai, dan modusnya (nilai yang paling banyak muncul). Analisis data yang meliputi analisis data nilai tes pada siklus I, analisis data pada nilai tes siklus II, analisis deskriptif komparatif antara hasil evaluasi pada kondisi awal dengan siklus I, kemudian antara hasil evaluasi siklus I dengan siklus II serta analisis deskriptif komparatif antara hasil evaluasi antara kondisi awal dan dengan siklus II.





DAFTAR PUSTAKA

Baharudin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta
Ar Ruz Media

Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan
Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah.  Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan
Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Dalam Menunjang Kecakapan Hidup Siswa. Jakarta.

Ki HBS Fudyartanto. 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,
Yogyakarta : Global Pustaka Utama

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor  22 Tahun  2006 tentang Standar Isi
Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Badan Standar Nasional
Pendidikan ; Jakarta

Sudjana D. 2004. Pendidikan Non Formal, Wawasan Sejarah Perkembangan,
Filsafat, Teori Pendukung, Azas. Bandung, Falah Production.

http://educationstudentsmart.blogspot.com/ Diakses 10 Oktober 2013 jam 01.53pm 


Komentar1

Silahkan memberi komentar yang positif dan membangun. Terima kasih!

Type above and press Enter to search.