PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DAN TEKNIK PENILAIAN TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SETELAH MENGONTROL KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKA SISWA


SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF I, TAHUN 2013 ISSN : 2339-1553 

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DAN TEKNIK PENILAIAN TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SETELAH MENGONTROL KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKA SISWA (Eksperimen di SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Tondano) 

Robby J. Wenas 

Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Manado, Tondano, Sulawesi Utara

Abstrak 

      Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran dan teknik penilaianterhadap hasil belajarmatematika siswasetelahmengontrolkemampuanawalmatematikasiswa. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan desain faktorial . Model pembelajaran dan teknikpenilaiansebagai variabel perlakuan, hasil belajar matematika sebagai variabel respon, dan kemampuan awal matematika siswa sebagai variabel kovariat. 1) hasil belajar matematika pada kelas siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran PBI lebih tinggi dari hasil belajar matematika pada kelas siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional, setelah mengontrol kemampuan awal siswa. 2) hasil belajar matematika pada kelas siswa yang dinilai dengan penilaian kinerja lebih tinggi dari hasil belajar matematika pada kelas siswa yang dinilai dengan penilaian tertulis, setelah mengontrol kemampuan awal siswa. 3) terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan teknikpenilaian terhadap hasil belajar matematika, setelah mengontrol kemampuan awal siswa. 4) untuk kelas siswa yang dinilai dengan penilaian kinerja, hasil belajar matematika pada kelas siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran PBI lebih tinggi dari hasil belajar matematika pada kelas siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional, setelah mengontrol kemampuan awal siswa. 5) untuk kelas siswa yang dinilai dengan penilaian tertulis, hasil belajar matematika pada kelas siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional lebih tinggi dari hasil belajar matematika pada kelas siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran PBI, setelah mengontrol kemampuan awal siswa. 6) untuk kelas siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran PBI, hasil belajar matematika pada kelas siswa yang dinilai dengan penilaian kinerja lebih tinggi dari hasil belajar matematika pada kelas siswa yang dinilai dengan penilaian tertulis, setelah mengontrol kemampuan awal siswa. 7) untuk kelas siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional, hasil belajar matematika pada kelas siswa yang dinilai dengan penilaian tertulis lebih tinggi dari hasil belajar matematika pada kelas siswa yang dinilai dengan penilaian kinerja, setelah mengontrol kemampuan awal siswa. 

Kata kunci: model pembelajaran,teknikpenilaian, hasil belajarmatematika, kemampuan awal matematika siswa. 

Pendahuluan 

       Pembelajaran matematika pola tradisional dilakukan secara konvensional dengan berpusat pada guru. Guru menyampaikan materi layaknya mengisi air dalam suatu wadah. Siswa dianggap tidak memiliki kemampuan awal, bahkan tidak diberi kesempatan menyampaikan inisiatif. Kondisi ini menyebabkan siswa seperti sebuah mesin. Siswa akan belajar apabila diperintahkan oleh guru. Oleh karenanya, guru menyiasati kondisi ini dengan memberikan pekerjaan rumah yang relatif banyak kepada siswa agar mereka mau belajar Pembelajaran matematika, seharusnya menggunakan prinsip pembelajaran matematika sebagai aktivitas sosial. Dalam pembelajaran matematika, interaksi antar siswa, seperti juga komunikasi guru dengan siswa merupakan bagian penting untuk mengembangkan potensi matematika anak-anak. Belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan hanya mengetahui saja. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan tututan tersebut adalah model pembelajaran Problem Based Introduction (PBI). Salah satu faktor yang dapat menghambat berbagai upaya untuk mendongkrak kualitas pendidikan di Indonesia adalah mengenai teknik penilaian belajar siswa. Penilaian dapat dilakukan dalam skala besar (nasional) maupun skala kecil (kelas). Penilaian skala besar menurut Zainul (2004: 4) dimaksudkan sebagai pertanggungjawaban sosial pendidikan (social accountability), sedangkan penilaian pembelajaran di kelas fokusnya adalah memotret kinerja siswa. 

Menurut Nitko (2001: 12) penilaian kinerja memberi kontribusi langsung pada proses pembelajaran karena kedua komponennya, yakni tugas (task) dan rubrik (rubric) dikembangkan bersama-sama oleh guru dan peserta didik. Dengan mempertimbangkan beberapa hal diatas, maka fokus dari penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar matematika siswa di SMP. Peningkatan kemampuan tersebut akan diupayakan melalui penerapan modelmodel pembelajaran yang tepat, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif dengan teknik penilaian. Teknik penilaian yang akan dikembangkan adalah teknik penilaian kinerja dan tes tertulis. Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan yang terjadi pada diri individu yang sedang belajar. Perubahan meliputi perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap atau nilai-nilai tertentu. Perubahan pengetahuan antara lain pemahaman tentang konsep yang terdapat pada mata pelajaran. Perubahan dalam hal keterampilan, meliputi keterampilan berpikir, seperti kemampuan menganalisis, kemampuan memecahkan masalah, maupun keterampilan yang bersifat fisik. Hasil belajar juga meliputi perubahan sikap yaitu perubahan pada ranah afektif, seperti sopan santun, kejujuran, dan sikap-sikap positif lain. Hasil belajar dibedakan menjadi dua, yaitu hard skills dan soft skill. Hard skills terdiri atas dua jenis yaitu kecakapan akademik dan kecakapan vokasional. Kecakapan akademik merupakan kecakapan untuk menguasai berbagai konsep dalam bidang ilmu yang dipelajari, seperti kecakapan mendefinisikan, menghitung, menjelaskan, menguraikan, memprediksi, menganalisis, dan menarik kesimpulan dari berbagai konsep, dan data yang berkaitan dengan mata pelajaran yang dipelajari Pembelajaran yang kita lihat saat ini yaitu bahwa sebagian besar pola pembelajaran masih bersifat transmisif, pengajar mentransfer dan menggerojokkan konsep-konsep secara langsung pada peserta didik. Dalarn pandangan ini, siswa secara pasif "menyerap" struktur pengetahuan yang diberikan guru atau yang terdapat dalam buku pelajaran. Pembelajaran hanya sekadar penyampaian fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan kepada siswa (Clements & Battista, 2001) (dalam Trianto: 2009). Senada dengan itu, Soedjadi (2000) S (dalam Trianto: 2009) menyatakan bahwa dalam kurikulum sekolah di Indonesia terutama pada mata pelajaran eksak (matematika, fisika, kimia) dan dalam penga-jarannya selama ini terpatri kebiasaan dengan urutan sajian pembelajaran sebagai berikut: (1) Diajarkan teori/teorema/definisi; (2) Diberikan contoh-contoh; dan (3) Diberikan latihan soal-soal. Dengan kata lain bahwa proses pembelajran yang terjadi hanya monoton saja tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu.Oleh karena itu agar suatu pembelajaran tidak hanya monoton dan mengalami perubahan dilakukan suatu perubahan cara belajar dengan mengunakan model-model pembelajaran. Model Problem Based Instruction (PBI), yaitu pembelajaran yang diawali dengan menyajikanmasalah kepada siswa. Masalah ini harus otentik atau nyata dalam kehidupansehari-hari berupa fakta-fakta atau fenomena yang sering dijumpai siswa. Modelpembelajaran berbasis masalah ini disajikan dalam bentuk penyelidikan daninkuiri sehingga dapat memberikan kemudahan bagi siswa untuk memperolehkonsep-konsep. Adapun ciriciri utama PBI meliputi suatu pengajuan pertanyaanataumasalah,melakukan penyelidikanauentikdankerjasama antarsiswa. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru. dan pada umumnya pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang lebih terpusat pada guru. Model pembelajaran konvensional sampai saat ini masih dominan digunakan oleh guruguru di sekolah. Hudojo (1990: 123) mengemukakan pembelajaran konvensional sama artinya dengan pembelajaran klasikal atau pembelajaran tradisional atau pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah. Akibatnya terjadi praktik belajar pembelajaran yang kurang optimal karena guru membuat siswa pasif dalam kegiatan belajar. Metode yang sering dipakai dalam pembelajaran konvensional antara lain adalah ekspositori. Metode ekspositori sama seperti metode ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan pada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran). Tetapi pada metode ekspositori dominasi guru sudah banyak berkurang, karena tidak terus menerus berbicara. Ia berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab. Siswa tidak hanya mendengar dan membuat catatan. Guru bersama siswa berlatih menyelesaikan soal latihan dan siswa bertanya kalau belum mengerti. Guru dapat memeriksa pekerjaan siswa secara individual, menjelaskan lagi kepada siswa secara individual atau klasikal. Siswa mengerjakan latihan sendiri atau dapat bertanya pada temannya atau disuruh guru mengerjakan di papan tulis. Walaupun dalam hal terpusatnya kegiatan pembelajaran masih kepada guru tetapi dominasi guru sudah banyak berkurang. Penilaian kinerja merupakan bentuk pengamatan dan penilaian secara langsung dan sistimatis dari kinerja para siswa dengan mengacu pada kriteria kinerja yang telah ditetapkan. Penilaian kinerja menuntut siswa mendemostrasikan pengetahuannya dan keterampilannya dalam suatu situasi testing. Secara lebih sederhana dikatakan oleh Zainul (2004: 4) bahwa penilaian kinerja didefinisikan sebagai penilaian terhadap proses perolehan, penerapan pengetahuan dan keterampilan, melalui proses pembelajaran yang menunjukkan keterampilan siswa dalam proses maupun produk. Penilaian unjuk kerja membutuhkan unjuk kerja seseorang yang secara kualitatif berbeda dengan tes pilihan ganda. Salah satu perbedaannya adalah prinsip kebergantung butir secara lokal. Pada tes tradisional, butir satu dengan lainnya adalah independen, dalam pengertian besarnya peluang menjawab benar butir satu dengan lainnya adalah independen. Tidak demikian halnya dengan penilaian unjuk kerja, butir satu dengan butir yang lain saling bergantung. Selaian itu pada penilaian unjuk kerja, seseorang dapat disuruh untuk melakukan respon ganda terhadap suatu pertanyaan sesuai dengan suatu ketetapan tertentu. Respon ganda ini merupakan informasi yang dibutuhkan untuk menentukan unjuk kerja seseorang dalam bidang tertentu. Oleh karena itu pada penilaian unjuk kerja, dimensi yang diukur adalah ganda, tidak satu dimensi seperti tes tradisional. Popham mengatakan bahwa, penilaian kinerja adalah suatu model kearah pengukuran status siswa berdasarkan hasil pekerjaan atau melengkapi suatu tugas yang di tetapkan. untuk menilai langkah-langkah atau keseluruhan proses pekerjaan siswa, maka terdapat tiga ciri yang harus dimiliki adalah (1) Kriteria ganda: yaitu untuk menilai kinerja siswa dilakukan denagn cara keseluruhan kemampuan siswa harus dipertimbangkan dengan menggunakan lebih adri satu criteria (criteria ganda). Misalnya untuk menentukan kemampuan siswa dalam berbahasa Inggris maka harus menilainya berdasarkan kemampuan dalam intonasi, tata bahasa, dan kosa kata. (2) Penentuan standar kualitas: yaitu untuk memperoleh hasil yang berkuaitas dari kinerja siswa setiap kriteria kemampuan yang akan diukur harus diperjelas agar memudahkan dalam mengukur kualitas yang dimaksud. (3) Pertimbangan nilai: yaitu berbeda dengan cara pensekoran pada tes objektif yang dilakukan dengan menggunakan komputer, pada penilaian kinerja tergantung pada pertimbangan manusia dalam hal ini guru, yaitu bagaimana menentukan kinerja siswa yang benar untuk dapat diterima. Ketika penilaian kinerja akan diberi sekor untuk menyimpulkan tingkat pencapaian kinerja peserta tes, maka biasa digunakan dua model, yaitu: metode holistic dan mentode analytic. Metode holistic digunakan apabila para penskor hanya memberikan satu buah sekor atau nilai (single ranting) berdasarkan penilaian secara keseluruhan dari hasil kinerja peserta tes. Metode analytic para penskor (rater) memberikan penilaian pada berbagai aspek yang berbeda yang berhubungan dengan kinerja yang dinilai. Penilaian kinerja memberikan kontribusi langsung pada proses pembelajaran. Hal ini disebabkan dua komponen penilaian kinerja dikembangkan bersama oleh guru dan siswa. Kedua komponen yang dimaksud adalah tugastugas (task) dan perangkat criteria penskoran yang biasa disebut rubric (rubric). Airasian dan Stiggins menyatakan bahwa tugas kinerja mensyaratkan siswa untuk mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensi khusus yang dikuasai dengan menunjukkan atau memproduksi sesuatu. Penilaian ini memberikan guru berbagai informasi bagaimana siswa mengerti dan menggunakan pengetahuannya. Di dalam suatu kinerjanya siswa mengkonstruksi bukan hanya memilih respons. Aiken (1979: 474) mengemukakan bahwa tes adalah sebagai alat yang digunakan untuk menilai tingkah laku atau kinerja seseorang. Tes tertulis adalah tes dimana soal dan jawaban dalam bahan tulisan. Dalam menjawab soal siswa tidak selalu harus merespons dalam bentuk menulis kalimat jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk mewarnai, memberi tanda, menggambarkan grafik diagram dan lain sebagainya. Penilaian tes tertulis merupakan teknik pengukuran yang umum digunakan dan termasuk dalam kelompok tes verbal. Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 2) secara lebih lengkap, mengemukakan bahwa sebagai salah satu bentuk teknik penilaian, tes tertulis, itu dapat dirancang dalam bentuk uraian, pilihan ganda, jawaban singkat, isisan, menjodohkan, atau benar-salah yang harus dikerjakanoleh siswa dalam batasan waktu tertentu. Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami. Pilihan ganda mempunyai kelemahan, yaitu peserta didik tidak mengembangkan sendiri jawabannya tetapi cenderung hanya memilih jawaban yang benar dan jika peserta didik tidak mengetahui jawaban yang benar, maka peserta didik akan menerka. Hal ini menimbulkan kecenderungan peserta didik tidak belajar untuk memahami pelajaran tetapi menghafalkan soal dan jawabannya. Alat penilaian ini kurang dianjurkan pemakaiannya dalam penilaian kelas karena tidak menggambarkan kemampuan peserta didik yang sesungguhnya. Teknik penilaian tertulis dalam bentuk tes uraian sangat berguna bagi guru dalam mengukur prestasi belajar peserta didik di tingkat kelas, terhadap berbagai jenis kemampuan, mislanya mengemukakan pendapat, mengarang, melaporkan hasil suatu percobaan, atau suatu penelitian. Tes ini tidak hanya digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam hal mengarang, melainkan juga kemampuan dalam hal menyelesaikan hitungan, menganalisis masalah, dan mengemukakan pendapat. Kemampuan awal atau prior knowledge adalah kumpulan dari pengetahuan dan pengalaman individu yang diperoleh sepanjang perjalanan hidup mereka, dan apa yang dia bawa kepada suatu pengalaman belajar baru. Seorang guru hendaknya menghimpun dan menidentifikasikan keterampilan awal yang telah dikuasai siswanya sebelum memulaikan pembelajaran. Perilaku awal atau keterampilan awal tidak hanya sekedar apa yang diketahui dan dilakukan siswa, tetapi juga keterampilan yang diperlukan untuk mengawali pembelajaran. Kemampuan awal merupakan prasyarat yang harus dikuasai terlebih dahulu sebelum siswa mempelajari pengetahuan yang lebih tinggi untuk menjembatani pengetahuan yang akan dipelajarinya. Pandangan ini sejalan dengan Reugeluth mengatakan bahwa kemampuan awal adalah seluruh kompetensi pada level dasar yang seharusnya telah dikuasai sebelum siswa memulaikan suatu rangkaian pembelajaran berikutnya. Menurut Bell (1978: 157)Kemampuan dasar dapat berupa: (1) kemampuan yang harus dikuasai sebelum memulai suatu pengajaran, (2) latar belakang pendidikan siswa, (3) hasil evaluasi belajar yang dilakukan melalui proses, dan (4) penetahuan yang relevan yang sudah dimiliki sebelumnya. Kemampuan awal juga sangat penting karena kemampuan awal merupakan keterampilan yang secara langsung diperlukan untuk merencanakan keterampilan yang akan dipelajari. Dengan demikian perilaku awal adalah landasan bagi pembelajaran yang akan dilaksanakan dan merupakan komponen kunci dari proses disain pembelajaran. Tanpa penguasaan kemampuan awal, siswa akan mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, maka didefinisikan bahwa kemampuan awal adalah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang telah dipelajari atau dikuasai oleh siswa sebagai prasyarat untuk meningkatkan keterampilan yang lebih kompleks. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain faktorial 2 x 2.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 1 Tondanodenganjumlah 8 kelasdan SMP N 2 Tondanodenganjumlah 6 kelas. Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik clusterrandom sampling,diperoleh 2 kelas dari SMPN 1 Tondano yaitu kelas VIII c dan kelas VIII f dan 2 kelas dari SMPN 2 Tondano yaitu kelas VIII d dan kelas VIII e . Selanjutnya dengan cara random diperoleh hasil sebagai berikut: kelas untuk model pembelajaran PBI dengan teknik penilaian kinerja adalah kelas VIII f SMPN 1Tondano, kelas untuk model pembelajaran konvensional dengan teknik penilaian kinerja adalah kelas VIII d SMP N 2 Tondano, kelas untuk model pembelajaran PBI dengan teknik penilaian tertulis adalah kelas VIII c SMPN 1 Tondano, dan kelas untuk model pembelajaran konvensional dengan teknik penilaian tertulis adalah kelas VIIIe SMPN 2 Tondano. Instrumen penelitian yang dikembangkan adalah instrumen SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF I, TAHUN 2013 ISSN : 2339-1553 34 Kemampuan awal dan instrumen hasil belajar matematika dalam bentuk pilihan ganda dan essay. Instrumen kemampuan awal berjumlah 36 butir soal, dan instrumen hasil belajarmatematika berjumlah 45 butir soal. Proses validasi empirik adalah melalui ujicoba instrumen di lapangan. Untuk instrumen kemampuan awal melibatkan 35 orang siswa dan untuk instrumen hasil belajar matematikamelibatkan 35 orang siswa.Berdasarkan penghitungan uji validitasuntukinstrumenkemampuanawaldi peroleh hasil: dari jumlah 36 butir soal yang diujicobakan diperoleh 31 butir valid dan 5 butirtidak valid soal dengan status dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,929. Untuk instrumen hasil belajar matematika, berdasarkan penghitungan diperoleh hasil: dari jumlah 45 butir soal yang diujicobakan diperoleh 35 butir soal dengan status validdan 10 butirtidak validdengan koefisien reliabilitas sebesar 0,953. Teknik analisis data menggunakan ANKOVA dengan bantuan program SPSS versi 17.00

Hasil Penelitian dan Pembahasan

    Pengujian hipotesis 1. Pengujian Hipotesis Faktor Utama (Main Effect) Hipotesis faktor utama (main effect) yang akan diuji adalah sebagai berikut: 

Hasil belajar matematika kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran PBI lebih tinggi dari kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional setelah mengontrol kemampuan awal matematika siswa. Hipotesis statistiknya: Ho : µA1<µA2dan H1 : µA1>µA2 Karena nilai Fhitung = 53,992> Ftab(0,05;1,115) = 3,93, berarti Ho ditolak dan menerima H1. Dengan demikian disimpulkan bahwa hasil belajar matematika kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran PBI(µA1=46,87) lebih tinggi dari kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional (µA2=44,32) setelah mengontrol kemampuan awal matematika siswa. 

Hasil belajar matematika kelompok siswa yang diberi penilaian kinerja lebih tinggi dari kelompok siswa yang diberi penilaian tes tertulis setelah mengontrol kemampuan awal matematika siswa. Hipotesis statistiknya: Ho : µB1<µB2dan H1 : µB1>µB2 Karena nilai Fhitung = 100,137> dari Ftab(0,05;1,115) = 3,93, berarti Ho ditolak dan menerima H1. Dengan demikian disimpulkan bahwa hasil belajar matematika antara kelompok siswa yang diberi penilaian kinerja (µB1=47,30) lebih tinggi darikelompok siswa yang diberi penilaian tes tertulis(µB2=43,88) setelah mengontrol kemampuan awal matematika siswa. 2. Pengujian Hipotesis Interaksi (Interaction Effect) Pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan teknik penilaian terhadap hasil belajar matematika siswa setelah mengontrol kemampuan awal siswa. Hipotesis statistiknya: Ho : Interaksi A x B = 0 dan H1 : Interaksi A x B ≠ 0 Hasilanalisis: Fhitung = 180,199 Ftabel(0,05;1,115) = 3,93 yang berarti Hoditolak dan menerima H1. 

      Dengan demikian disimpulkan adapengaruh interaksi antara model pembelajaran dan teknik penilaian terhadap hasil belajar matematika setelah mengontrol kemampuan awal matematika siswa. 3. Pengujian Lanjut Hipotesis Sederhana (Simple Effect) 

Untuk siswa yang diberi penilaian kinerja, hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran PBI lebih tinggi dari siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional setelah mengontrol kemampuan awal siswa. Hipotesis statistiknya: Ho : µA1B1<µA2B1 dan H1 : µA1B1>µA2B1 Hasil analisis diperoleh nilai thitung = 14,688 ttabel(0,05;58)= 1,66 yang berarti H0 ditolak dan menerima H1. Dengan demikian disimpulkan bahwauntuk siswa yang diberi penilaian kinerja, hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran PBI(µA1B1= 50,87) lebih tinggi dari siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional (µA2B1=43,73)setelah mengontrol pengetahuan awal siswa. 

Untuk siswa yang diberi penilaian tes tertulis, hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran PBI lebih rendah dari siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional setelah mengontrol kemampuan awal siswa. Hipotesis statistiknya:Ho : µA1B2 µA2B2 dan H1 : µA1B2 µA2B2 Hasil analisis diperoleh nilai thitung = - 4,29 ttabel(0,05;58)= -1,66yang berarti H0 ditolak dan menerima H1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk siswa yang diberi penilaian tes tertulis, hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran PBI (µA1B2=42,87) lebih rendah dari siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional (µA2B2=44,90)setelah mengontrol kemampuan awal siswa. 3. Hasil belajar matematika dari kelompok siswa yang diberi penilaian kinerja lebih tinggi dari penilaian tes tertulis khusus untuk kelompok siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran PBI, setelah mengontrol kemampuan awal siswa. Hipotesis statistiknya:Ho : µA1B1<µA1B2 dan H1 : µA1B1>µA1B2 

 Hasil analisis diperoleh nilai thitung = 16,57 ttabel(0,05;58)= 1,66 yang berarti H0 ditolak dan menerima H1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika dari kelompok siswa yang diberi penilaian kinerja(µA1B1=50,87) lebih tinggi dari penilaian tes tertulis khusus untuk kelompok siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran PBI (µA1B2=42,87), setelah mengontrol kemampuan awal siswa. 4. Hasil belajar matematika dari kelompok siswa yang diberi penilaian kinerja lebih rendah dari siswa yang diberi penilaian tes tertulis, khusus untuk kelompok siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional setelah mengontrol kemampuan awal siswa. Hipotesis statistiknya:Ho : µA2B1 µA2B2 dan H1 : µA2B1 µA2B2 Hasil analisis diperoleh nilai thitung = - 2,42 ttabel(0,05;58)= -1,66 yang berarti H0 ditolak dan menerima H1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwahasil belajar matematika dari kelompok siswa yang diberi penilaian kinerja(µA2B1=43,73)lebih rendahdibandingkan dengan kelompok siswa yang diberi penilaian tes tertulis (µA2B2=44,90),setelah mengontrol kemampuan awal siswa. Pembahasan Hasil Penelitian Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pada pembelajaran matematika, model pembelajaranPBI lebih unggul dari model pembelajaran konvensional. Hal tersebut karena model pembelajaranPBI merupakan suatu model pembelajaran yangmenghadapkan siswa pada masalah dunia nyata untuk belajarsehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara nyata pemahamannya. Pembelajaran PBI bertujuan untuk membantu peserta didik memahami materi pelajaran yang sedang mereka pelajari dengan menghubungkan dengan apa yang terjadi dikehidupan nyata. Demikian halnya dengan teknik penilaian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian kinerja lebih unggul dari penilaian tertulis. Walaupun secara teoretik penilaian kinerja dan penilaian tertulis, masing-masing memiliki keunggulannya, akan tetapi penggunaan penilaian tersebut akan lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika jika digunakan pada model pembelajaran yang tepat. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pada penggunaan model pembelajaranPBI dengan penilaian kinerja sangat efektif meningkatkan hasil belajar matematika maka hal tersebut disebabkan pada model pembelajaranPBI dengan penilaian kinerja akan mengikuti tahapantahapan yang intinya adalah pembahasan materi selalu dikaitkan dengan dunia nyata dengan upaya untuk membantu siswa agar cepat memahami setiap pelajaran yang dijelaskan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pada kelas siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran PBI, hasil belajar matematika pada kelas yang dinilai penilaian kinerja lebih rendah dari hasil belajar matematika pada kelas siswa yang dinilai dengan penilaian tertulis. Atau dengan kata lain model pembelajaran konvensional dengan penilaian tertulis cukup efektif meningkatkan hasil belajar matematika walaupun model pembelajaranPBI dengan penilaian kinerja masih lebih unggul. Hal tersebut di atas dapat dipahami karena pada proses pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional, dimana peranan guru lebih dominan dalam aktivitas belajar mengajar, sehingga siswa lebih banyak mendapatkan informasi dari pihak guru dibandingkan dengan informasi materi pembelajaran yang diperoleh siswa melalui aktivitas belajarnya yang bersifat mandiri. Disamping itu, penilaian tertulis juga secara teoretik memiliki keunggulan dalam hal siswa dapat mengingat kembali, menyusun, atau memadukan pengetahuan yang telah dipelajarinya ke dalam rangkaian kalimat atau pernyataan yang tersusun baik, karena penilaian tertulis ini tidak hanya digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam hal mengarang, melainkan juga kemampuan dalam hal menyelesaikan hitungan, menganalisis masalah, dan mengemukakan pendapat. Oleh karena itu pada model pembelajaran konvensional dimana pihak guru cenderung lebih banyak bersifat pemberian informasi materi pembelajaran, jika diikuti dengan penilaian tertulis dimana siswa dapat dengan mudah mengingat, menganalisis, dan menghitung, akan memberikan dampak perolehan hasil belajar matematika yang cukup maksimal. 

Simpulan 

     Berdasarkan hasil-hasil penelitian serta analisis pembahasannya maka kesimpulankesimpulan, implikasi-implikasi dari hasil penelitian, serta saran-saran yang perlu dikemukakan yaitu sebagai berikut: 1) hasil belajar matematika pada kelas siswa yang diajarkan dengan model pembelajaranPBI lebih tinggi dari hasil belajar matematika pada  kelas siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional, setelah mengontrol kemampuan awal siswa. 2) hasil belajar matematika pada kelas siswa yang dinilai dengan penilaian kinerja lebih tinggi dari hasil belajar matematika pada kelas siswa yang dinilai dengan penilaian tertulis, setelah mengontrol kemampuan awal siswa. 3) terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan teknik penilaian terhadap hasil belajar matematika, setelah mengontrol kemampuan awal siswa. 4) untuk kelas siswa yang dinilai dengan penilaian kinerja, hasil belajar matematika pada kelas siswa yang diajarkan dengan model pembelajaranPBI lebih tinggi dari hasil belajar matematika pada kelas siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional, setelah mengontrol kemampuan awal siswa. 5) untuk kelas siswa yang dinilai dengan penilaian tertulis, hasil belajar matematika pada kelas siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional lebih tinggi dari hasil belajar matematika pada kelas siswa yang diajarkan dengan model pembelajaranPBI, setelah mengontrol kemampuan awal siswa. 6) untuk kelas siswa yang diajarkan dengan model pembelajaranPBI, hasil belajar matematika pada kelas siswa yang dinilai dengan penilaian kinerja lebih tinggi dari hasil belajar matematika pada kelas siswa yang dinilai dengan penilaian tertulis, setelah mengontrol kemampuan awal siswa. 7) untuk kelas siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional, hasil belajar matematika pada kelas siswa yang dinilai dengan penilaian tertulis lebih tinggi dari hasil belajar matematika pada kelas siswa yang dinilai dengan penilaian kinerja, setelah mengontrol kemampuan awal siswa. 

 

DAFTAR PUSTAKA 

Agung, I Gusti Ngurah. Statistika Penerapan Model Rerata-Sel Multivariat dan Model Ekononretri Dengan SPSS. Jakarta: Sad Satria Bhakti, 2006. 

Aiken, Lewis R. Psychological Testing and Asesment. Boston: Allyn and Bacon, 1979. 

Badan Standar Nasional Pendidikan. Panduan Penulisan Butir Soal. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006. 

Bell, F.H. Teaching and Learning Mathematics in Secondary School. New York: Brown Company Publisher, 1978. 

Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, ModelPBI. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2003. 

Gagne, Robert M. The Conditional of Learning. New York: Holt, Rinehart, and Winston, 1977. 

Haryati, Mimin. Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press, 2007. 

Hudoyo, Herman. Strategi Mengajar Matematika. Malang: IKIP Malang, 1990. 

Ibrahim, dan Muhammad Nur. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press, 2000. 

Jihad, Asep dan Haris Abdul. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Multi Presindo, 2008. 

Johnson, David dan Roger T. Johnson. Meaningful Assessment. London: Allyn and Bacon, 2002. 

Komalasari, Kokom. Pembelajaran PBI (Konsep dan Aplikasi). Bandung: PT. Refika Aditama, 2010. 

Masrukan. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran dan Assesmen Kinerja terhadap Hasil belajar dan Kemampuan Komunikasi Matematika. Disertasi. Jakarta: PPs UNJ, 2010 . 

Muchith M. Saekhan. Pembelajaran PBI. Semarang: RaSAIL Media Group, 2008. 

Muslich, Masnur. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan PBI. Jakarta: Burni Aksara, 2007. 

Nitko, Anthony J. Educational Assessment of Student. New Jersey: Prentice Hall, 2001. 

Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan. Assesmen Berbasis Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008. 

Polya, G. How to Solve It. A New Aspect of Mathematical Methods. New Jersey: Pearson Educaion. Inc., 1985.

Mathematical Discovery: On Understanding, Learning, and Teaching Problem Solving. New York: John Wiley Inc, 1981. 

Popham, W. James. Classroom Assessment What Teachers Need to Know. London: Allyn and Bacon, 1995. 

Salim, Ainun, dan Th.E. Nuraeni. Tes Tertulis. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Pusat Penelitian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan, 2008. 

Setiadi, Hari. Penilaian Kinerja. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan, 2006. 

Supranata, Sumarna dan Muhammad Hatta. Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004. 

Trianto. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi pustaka, 2007. 

Zainul, Asmawi. “Asesmen Alternatif untuk Belajar dan Pembelajaran.” Makalahdisampaikan dalam Seminar Nasional HEPI 26-27 Maret 2004 di Yogyakarta. 

Posting Komentar untuk "PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DAN TEKNIK PENILAIAN TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SETELAH MENGONTROL KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKA SISWA"